Bedah Buku
Selasa, 03 November 2020
MENGAPA
KITA DICIPTAKAN
Karya:
Muthahari
BAB I
Pertanyaan
Ataupun Asumsi Terkait
Tujuan
Diciptakannya Makhluk Hidup
“Apakah Tujuan Diciptakannya Manusia dan
Makhluk Hidup Lainnya?” pertanyaan ini perlu analisis yang tepat karena ini berhubungan
dengan tujuan Sang Pencipta dalam penciptaan. Tidak haram jika muncul
asumsi-asumsi yang melenceng, seperti ada tujuan yang diinginkan Tuhan untuk
dirinya sendiri. Ataupun Tuhan menginginkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.
Dalam artian Tuhan melakukan sesuatu untuk menyempurnakan dirinya. Yang menandakan
bahwa Tuhan mengharapkan sesuatu yang sebelumnya belum di milikinya.
Harus dipahami bahwa tujuan
penciptaan adalah untuk keperluan makhluk itu sendiribukan untuk Sang Pencipta.
Atau dalam pengertian lain tujuan Pencipta mencakup bagian dari proses
penyempurnaan makhluk itu sendiri dan bukan untuk penyempurnaan Khalik. Nah,
dimana pengertian ini dapat dikatakan bahwa setiap individu memiliki
tahapan-tahapan penyempurnaan yang harus dicapainya masing-masing agar dapat
mengetahui tujuan dia diciptakan karena pada hakikatnya manusia diciptakan
dengan kehendak bebas. Dan dari kebebasan itu dia dapat memilih kebaikan maupun keburukan.
Salah satu bentuk penyempurnaan yang
dimaksud ialah “Tujuan diciptakannya sebutir benih adalah untuk mewujudkan
potensinya menjadi tumbuhan yang matang”. Akan tetapi di dalam Al-Qur’an hanya
dijelaskan bahwa penciptaan manusia dan jin hanya untuk menghamba kepada Tuhan.
Lagi pula “Kita tidak pernah menemukan penjelasan dalam Al-Qur’an bahwa manusia
diciptakan untuk lebih banyak mengetahui sesuatu kemudian berusaha mencari
tujuannya dengan pengetahuan itu”. Manusia diciptakan tidak sempurna dan
sesungguhnya kemanusiaan manusia terletak pada pengetahuan dan pencapaiannya
terhadap kebenaran.
Ada juga pandangan Teosof mengenai
kesempurnaan manusia yakni keadilan moral. Yang menekankan bahwa akal manusia
yang harus mengatur keseimbangan antara perasaan keinginan, nafsu dan imajinasi
manusia, sehingga bisa dikatakan manusia sempurna.
Kemudian muncul pendapat lain bahwa manusia
yang sempurna yaitu orang yang paling banyak memiliki kasih sayang kepada orang
lain.
BAB II
Landasan
Etika Personal dan Etika Sosial
Kehidupan
social berarti kebersamaan-kebersamaan seluruh komponennya dalam mencapai
tujuan baik tujuan material maupun tujuan spiritual.
Buku ini memberikan penjelasan bahwa
tujuan umum dari beberapa orang dari kehidupan bermasyarakat bisa jadi hanya
tujuan material semata. Misalnya karena kebutuhan industry, perusahaan dan
lain-lain. Akan tetapi kehidupan sosial manusia tidak bisa diatur seperti
halnya mengatur sebuah perusahaan. Dikarenakan kerangka berpikirnya yang
berbeda namun ada pendapat dari Betrand Russel yang mengatakan bahwa dsar dan
etika sosial adalah bentuk kesepakatan antar individu dalam sebuah komunitas
masyarakat yang dapat melindungi kepentingan-kepentingannya. Contoh “Saya mau
ambil mobil tetanggaku akan tetapi berpikirka kalau kuambilki, nanti dia juga
narampaski punyaku”. Sehingga Russel percaya bahwa dasar etika adalah
penghargaan atas hak-hak individu.
Sedangkan pada pemikiran Marxisme mereka
tidak memperhitungkan nilai-nilai spiritual dan moral. Seperti kepemilikan
pribadi yang diambil harus digantikan dengan kepemilikan negara atau komunal. Sehingga
sistem seperti ini orang harus bekerja sesuai kemampuannya dan mendapat kompensasi
dari negara sesuai kebutuhannya. Dalam hal ini harta dan kedudukan yang
memiliki status social yang paling tinggi di masyarakat. Sedangkan, orang
dengan harta dan kedudukan yang kecil besar kemungkinan untuk ditindas.
Sekarang mari kita diskusikan apa yang
sebenarnya terdapat dalam suatu nilai spiritual dalam etika sosial? seseorang
tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa tujuan.
BAB III
Agama memberikan kekuatan kepada
sebuah ideologi untuk menciptakan kasih sayang dan cinta terhadap tujuan-tujuan
yang lebih tinggi dibanding tujuan individualistik yang bersifat material saja.
Akan tetapi banyak orang yang mencoba membuat ideologi yang didasarkan oleh
aspek filsafat murni tanpa adanya aspek agama yang dimana agama dan imanlah
yang membuat ideologi menjadi suci.
Mahzab pemikiran adalah kumpulan
ide-ide harmonis yang berhubungan dengan kehidupan nyata, yakni apa yang
diizinkan dan apa yang tidak diperbolehkan. Sebuah mahzab pemikiran seharusnya
menawarkan kepada manusia sesuatu yang sifatnya ideal. Monoteisme (Tauhid)
adalah salah satu mahzab pemikiran yang memberikan paradigma dalam perspektif
universal yang filosofis karenanya tauhid mampu menjelaskan eksistensi tentang
sifat Tuhan seperti dalam Al-Qur’an seperti dalam surah Al-Ikhlas.
Tauhid dibagi dalam beberapa jenis
yaitu tauhid zat, tauhid sifat, tauhid perbuatan dan tauhid penghambaan. Tauhid
zat adalah mempercayai bahwa Allah itu satu dan tidak ada sekutu yang
menyerupainya. Tauhid sifat berarti zat Allah tidak bertentangan dengan
sifat-sifatnya. Hanya Allah yang memiliki seluruh kesempurnaan. Tauhid penghambaan
adalah keyakinan bahwa hanya Allah yang layak untuk disembah. Dan bagi saya
pribadi setuju dengan prinsip tauhid ulama besar Aliamah Thabathabai yakni
prinsi tauhid layaknya air ia mampu memenuhi akar-akar pohon pemikiran atau seperti roh yang memberikan kekuatan
hidup dan dinamisme bagi sebuuah mahzab pemikiran.
Sastre dan kawan-kawan mengatakan
bahwa manusia tidak boleh berhenti pada sebuah target atau batas tertentu,
tetapi manusia harus terus bergerak melebihi batasnya. Makna dari kata diatas
berarti bahwa perjalanan manusia adalah sebuah perjalanan yang terus menerus
tanpa adanya tujuan dan arah dari awal sampai akhir.
BAB IV
Di
hal pertama terdapat pertanyaan apa yang dimaksud dengan iman yang di dalam islam
banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang dianggap sebagai proses dari semua pertanyaan?
Note:
Iman adalah keyakianan kepada Allah. Iman mencakup kepercayaan tentang keberadan
malaikat, kitab-kitab dan para nabi, serta hari kebangkitan.
Kemudian
muncul pertanyaan kedua apakah iman bisa menjadi alat untuk mencapai tujuan
hidup?
Pertanyaan
ketiga apakah iman yang di perintahkan kepada manusia adalah untuk menuju
kesempurnaan manusia itu sendiri? Atau hal-hal apa yang dipersyaratkan dalam
penyempurnaan manusia? Atau sifat-sifat apa saja yang harus dimiliki sehingga
manusia bisa dikatakan sempurna?
Note:
Dalam
pertanyaan ini akan lebih sulit di jawab disbanding penyempurnaan makhluk lain.
Contoh apel-apel yang memiliki bau, warna, rasa, dan bentuk bisa kita katakana apel
itu sempurna.
Secara
ilmiah kita tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Tetapi setidaknya kita bisa
melihat pandangan agama terhadap hal ini.
Manusia
yang sempurna dalah yang menerima dan mensyukuri pemberian Tuhan?
Note:
Agak
sulit untuk di hukumi terkait pertanyaan ini karena banyak manusia yang
beribadah demi mendapatkan keuntungan di akhirat. Seperti mereka beribadah
untuk mendapatkan tempat di surga atau mengharap pahala bahkan Ibnu Sina
berkata bahwa sebagian manusia bekerja demi upah tertentu, Ketika upah itu
tiddak ada maka diapun tidak akan mau bekerja.
Lantas
bagaimana manusia sempurna itu? Para sufi mempercayai bahwa hanya ada satu
kebenaran dan kebenaran itu hanyalah Allah, selainnya hanyalah bayang-bayang dari
kebenaran itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar