Senin, 23 November 2020

Bedah Buku (Mengapa Kita Diciptakan)

Share it Please

 

Bedah Buku

Selasa, 03 November 2020

MENGAPA KITA DICIPTAKAN

Karya: Muthahari

 

 

BAB I

Pertanyaan Ataupun Asumsi Terkait

Tujuan Diciptakannya Makhluk Hidup

“Apakah Tujuan Diciptakannya Manusia dan Makhluk Hidup Lainnya?” pertanyaan ini perlu analisis yang tepat karena ini berhubungan dengan tujuan Sang Pencipta dalam penciptaan. Tidak haram jika muncul asumsi-asumsi yang melenceng, seperti ada tujuan yang diinginkan Tuhan untuk dirinya sendiri. Ataupun Tuhan menginginkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam artian Tuhan melakukan sesuatu untuk menyempurnakan dirinya. Yang menandakan bahwa Tuhan mengharapkan sesuatu yang sebelumnya belum di milikinya.

            Harus dipahami bahwa tujuan penciptaan adalah untuk keperluan makhluk itu sendiribukan untuk Sang Pencipta. Atau dalam pengertian lain tujuan Pencipta mencakup bagian dari proses penyempurnaan makhluk itu sendiri dan bukan untuk penyempurnaan Khalik. Nah, dimana pengertian ini dapat dikatakan bahwa setiap individu memiliki tahapan-tahapan penyempurnaan yang harus dicapainya masing-masing agar dapat mengetahui tujuan dia diciptakan karena pada hakikatnya manusia diciptakan dengan kehendak bebas. Dan dari kebebasan itu dia dapat memilih  kebaikan maupun keburukan.

Salah satu bentuk penyempurnaan yang dimaksud ialah “Tujuan diciptakannya sebutir benih adalah untuk mewujudkan potensinya menjadi tumbuhan yang matang”. Akan tetapi di dalam Al-Qur’an hanya dijelaskan bahwa penciptaan manusia dan jin hanya untuk menghamba kepada Tuhan. Lagi pula “Kita tidak pernah menemukan penjelasan dalam Al-Qur’an bahwa manusia diciptakan untuk lebih banyak mengetahui sesuatu kemudian berusaha mencari tujuannya dengan pengetahuan itu”. Manusia diciptakan tidak sempurna dan sesungguhnya kemanusiaan manusia terletak pada pengetahuan dan pencapaiannya terhadap kebenaran.

Ada juga pandangan Teosof mengenai kesempurnaan manusia yakni keadilan moral. Yang menekankan bahwa akal manusia yang harus mengatur keseimbangan antara perasaan keinginan, nafsu dan imajinasi manusia, sehingga bisa dikatakan manusia sempurna.

Kemudian muncul pendapat lain bahwa manusia yang sempurna yaitu orang yang paling banyak memiliki kasih sayang kepada orang lain.

 

BAB II

 

Landasan Etika Personal dan Etika Sosial

Kehidupan social berarti kebersamaan-kebersamaan seluruh komponennya dalam mencapai tujuan baik tujuan material maupun tujuan spiritual.

            Buku ini memberikan penjelasan bahwa tujuan umum dari beberapa orang dari kehidupan bermasyarakat bisa jadi hanya tujuan material semata. Misalnya karena kebutuhan industry, perusahaan dan lain-lain. Akan tetapi kehidupan sosial manusia tidak bisa diatur seperti halnya mengatur sebuah perusahaan. Dikarenakan kerangka berpikirnya yang berbeda namun ada pendapat dari Betrand Russel yang mengatakan bahwa dsar dan etika sosial adalah bentuk kesepakatan antar individu dalam sebuah komunitas masyarakat yang dapat melindungi kepentingan-kepentingannya. Contoh “Saya mau ambil mobil tetanggaku akan tetapi berpikirka kalau kuambilki, nanti dia juga narampaski punyaku”. Sehingga Russel percaya bahwa dasar etika adalah penghargaan atas hak-hak individu. 

Sedangkan pada pemikiran Marxisme mereka tidak memperhitungkan nilai-nilai spiritual dan moral. Seperti kepemilikan pribadi yang diambil harus digantikan dengan kepemilikan negara atau komunal. Sehingga sistem seperti ini orang harus bekerja sesuai kemampuannya dan mendapat kompensasi dari negara sesuai kebutuhannya. Dalam hal ini harta dan kedudukan yang memiliki status social yang paling tinggi di masyarakat. Sedangkan, orang dengan harta dan kedudukan yang kecil besar kemungkinan untuk ditindas.

Sekarang mari kita diskusikan apa yang sebenarnya terdapat dalam suatu nilai spiritual dalam etika sosial? seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa tujuan.

 

BAB III

 

            Agama memberikan kekuatan kepada sebuah ideologi untuk menciptakan kasih sayang dan cinta terhadap tujuan-tujuan yang lebih tinggi dibanding tujuan individualistik yang bersifat material saja. Akan tetapi banyak orang yang mencoba membuat ideologi yang didasarkan oleh aspek filsafat murni tanpa adanya aspek agama yang dimana agama dan imanlah yang membuat ideologi menjadi suci.

            Mahzab pemikiran adalah kumpulan ide-ide harmonis yang berhubungan dengan kehidupan nyata, yakni apa yang diizinkan dan apa yang tidak diperbolehkan. Sebuah mahzab pemikiran seharusnya menawarkan kepada manusia sesuatu yang sifatnya ideal. Monoteisme (Tauhid) adalah salah satu mahzab pemikiran yang memberikan paradigma dalam perspektif universal yang filosofis karenanya tauhid mampu menjelaskan eksistensi tentang sifat Tuhan seperti dalam Al-Qur’an seperti dalam surah Al-Ikhlas.

            Tauhid dibagi dalam beberapa jenis yaitu tauhid zat, tauhid sifat, tauhid perbuatan dan tauhid penghambaan. Tauhid zat adalah mempercayai bahwa Allah itu satu dan tidak ada sekutu yang menyerupainya. Tauhid sifat berarti zat Allah tidak bertentangan dengan sifat-sifatnya. Hanya Allah yang memiliki seluruh kesempurnaan. Tauhid penghambaan adalah keyakinan bahwa hanya Allah yang layak untuk disembah. Dan bagi saya pribadi setuju dengan prinsip tauhid ulama besar Aliamah Thabathabai yakni prinsi tauhid layaknya air ia mampu memenuhi akar-akar pohon pemikiran  atau seperti roh yang memberikan kekuatan hidup dan dinamisme bagi sebuuah mahzab pemikiran.

            Sastre dan kawan-kawan mengatakan bahwa manusia tidak boleh berhenti pada sebuah target atau batas tertentu, tetapi manusia harus terus bergerak melebihi batasnya. Makna dari kata diatas berarti bahwa perjalanan manusia adalah sebuah perjalanan yang terus menerus tanpa adanya tujuan dan arah dari awal sampai akhir.

 

BAB IV

 

Di hal pertama terdapat pertanyaan apa yang dimaksud dengan iman yang di dalam islam banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang dianggap sebagai proses dari semua pertanyaan?

Note: Iman adalah keyakianan kepada Allah. Iman mencakup kepercayaan tentang keberadan malaikat, kitab-kitab dan para nabi, serta hari kebangkitan.

Kemudian muncul pertanyaan kedua apakah iman bisa menjadi alat untuk mencapai tujuan hidup?

Pertanyaan ketiga apakah iman yang di perintahkan kepada manusia adalah untuk menuju kesempurnaan manusia itu sendiri? Atau hal-hal apa yang dipersyaratkan dalam penyempurnaan manusia? Atau sifat-sifat apa saja yang harus dimiliki sehingga manusia bisa dikatakan sempurna?

Note: Dalam pertanyaan ini akan lebih sulit di jawab disbanding penyempurnaan makhluk lain. Contoh apel-apel yang memiliki bau, warna, rasa, dan bentuk bisa kita katakana apel itu sempurna.

Secara ilmiah kita tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Tetapi setidaknya kita bisa melihat pandangan agama terhadap hal ini.

Manusia yang sempurna dalah yang menerima dan mensyukuri pemberian Tuhan?

Note: Agak sulit untuk di hukumi terkait pertanyaan ini karena banyak manusia yang beribadah demi mendapatkan keuntungan di akhirat. Seperti mereka beribadah untuk mendapatkan tempat di surga atau mengharap pahala bahkan Ibnu Sina berkata bahwa sebagian manusia bekerja demi upah tertentu, Ketika upah itu tiddak ada maka diapun tidak akan mau bekerja.

Lantas bagaimana manusia sempurna itu? Para sufi mempercayai bahwa hanya ada satu kebenaran dan kebenaran itu hanyalah Allah, selainnya hanyalah bayang-bayang dari kebenaran itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar