Minggu, 29 November 2020

Kelas Logika Pertemuan VIII (Pembagian dan Pengelompokan)

 

Kelas Logika BPT FMA 2020/2021

Kamis, 19 November 2020

PERTEMUAN VIII

PEMBAGIAN DAN PENGELOMPOKAN

 

Kata: Hadir dari kesepakatan untuk mendapatkan makna atau kejelasan

Kata merupakan pendekatan sebelum memaknai kata harus memaknai wujudnya, yang terbagi menjadi dua, yaitu:

1.            Hakiki, yaitu sesuatu yang tidak dibuat-buat

a.       Dalam akal (sesuatu yang merupakan pemahaman)

b.      Luar akal (realitas/konsepsi)

2.            Buatan

a.   Seperti kata yang bersifat konsensus dan perlahan dengan kata dapat kita dapatkan makna/ kejelasan “kata wujud buatan dan bersifat secara langsung”

b.  Tulisan memiliki makna untuk mencari makna seperti kata namun namun ia tidak bersifat secara langsung. Tujuan berfungsi memperkuat kata. Kata yang berbeda hadir karena kesepakatan kelompok. Orang memberikan pemaknaan lewat dalil.

ü   Asas-Asas Pembagian

1.      Pembagian: hasil yang berguna contoh asam – gula.

2.      Bagian yang dihasilkan satu sama lain harus berbeda contoh manusia – kuda.

ü  Neraca logis

1.      PNLR (prinsip neraca logis rasional)

2.     Identitas (jati diri tidak dimiliki yang lain)

3.      Kausalitas

4.      Non kontradisksi

ü  Definisi pembagian

Terminilogi: membagi suatu menjadi suatu  golongan-golongan atau unsur-unsurnya.

1.      Pemabagian alami: dibagi wujud, unsur

Misal:  manusia – binatang

2.      Pembagian logika dibagi menjadi

a.       Jenis kepada golongan

b.      Kepartikel-partikelnya, memakai metode umum dan khusus.

ü  Pengelompokan

Pemabgian > pengelompokan, karena pembagian masih bisa dikelompokkan.

Pemabagian

Pengelompokan

Berbeda hakikat

Tidak

Dari atas ke bawah seperti menurut abjad A – Z

Tidak bisa ke bawah, ke atas seperti buku a versi 1, versi 2, buku b versi 1

 

Continue Reading...

Selasa, 24 November 2020

Kelas Logika Pertemuan VI (Pembagian Lima Universal)

Kelas Logika BPT 2020/2021

Kamis, 12 November 2020

 

PERTEMUAN VI

PEMBAGIAN LIMA UNIVERSAL

 

Masing-masing dari pahaman lima universal dibagi menjadi beberapa bagian:

1.        Universal Golongan, dibagi menjadi dua:

a.      Universal Golongan Hakiki, yaitu suatu golongan yang sesuai dengan definisi asalnya

b.   Universal Golongan Hubungan, yaitu suatu universal zat yang dihubungkan dengan dan terletak di bawah universal zat lainnya yang lebih luas. Misalnya manusia dan binatang. Golongan hubungan ini dibagi menjadi tiga:

i.        Golongan terendah, yaitu suatu golongan yang tidak ada golongan lagi di bawahnya. Misalnya manusia

ii.      Golongan tengah, yaitu suatu golongan yang di atas dan di bawahnya terdapat golongan. Misalnya binatang. Di bawah dan di atasnya terdapat golongan lain, yaitu manusia dan benda berkembang.

iii.    Golongan teratas, yaitu suatu golongan yang golongan lain hanya terdapat di bawahnya. Seperti benda.

 

2.        Universal Jenis,   dibagi menjadi dua:

a.        Universal Jenis Dekat, yaitu suatu jenis yang adanya – dalam urutan – langsung di atas golongan yang diperhatikan. Baik golongan hakiki atau hubungan.

b.        Universal Jenis Jauh, yaitu suatu jenis yang adanya – dalam urutan – tidak langsung di atas golongan yang diperhatikan. Baik golongan hakiki atau hubungan.

 

3.        Universal Pembeda, dibagi menjadi dua:

a.        Universal Pembeda Dekat,  yaitu suatu pembeda yang membedakan golongan (baik hakiki atau hubungan) dari golongan yang lain yang bersatu dalam satu jenis, misalnya rasional.

b.        Universal Pembeda Jauh, yaitu suatu pembeda yang dihubugkan dengan suatu golongan dari jenisnya – baik yang jauh atau dekat – atau golongan yang ada di atasnya. Misalnya perasa – pembeda binatang –  yang dihubungkan dengan manusia, kuda, kucing, dll sebagai golongannya.

4 dan 5.      Universal Sifat Khusus dan Umum, dibagi menjadi dua:

a.        Universal Sifat Lazim, yaitu suatu pahaman universal yang secara akal tidak mungkin berpisah dari ekstensinya. Seperti angka ganjil dan genap untuk angka tiga dan empat. Sifat lazim ini dibagi menjadi tiga:

1.      Lazim Dalam wujud Luar, yaitu kelazimannya hanya pada wujud luarnya saja. Seperti samanya jumlah sudut segitiga  dengan jumlah dua sudut tegak lurus.

2.      Lazim Dalam Bentuk Dalam, yaitu yang kelazimannya hanya dalam bentuk akal saja. Seperti Universalnya manusia.

3.      Lazim Dalam Essensi, yaitu kelaziman dalam wujud luar dan dalam. Seperti ganjil genapnya angka tiga dan empat.

 

b.        Universal Sifat Tidak Lazim, yaitu suatu pahaman universal yang secara akal bisa dimungkinkan berpisah dari ekstensinya. Seperti hitamnya orang Negro. Universal Sifat Tidak Lazim dibagi menjadi dua:

1.      Selamanya, yaitu sifat yang selamanya melekat pada yang disifati. Seperti hitamnya orang Negro. Hal ini dianggap  sifat tidak lazim karena secara akal ia bisa berubah, walaupun pada kenyataannya tidak pernah berubah.

2.      Sementara, yaitu sifat yang selamanya tidak melekat pada yang disifati. Seperti mudanya manusia, gemetarnya orang terkejut, dll. Universal Tidak Lazim Sementara dibagi menjadi dua:

a.      Lambat hilangnya, seperti mudanya manusia.

b.      Cepat hilangnya, seperti gemetar atau pucatnya orang yang terkejut.

  

 

Continue Reading...

Senin, 23 November 2020

Bedah Buku (Mengapa Kita Diciptakan)

 

Bedah Buku

Selasa, 03 November 2020

MENGAPA KITA DICIPTAKAN

Karya: Muthahari

 

 

BAB I

Pertanyaan Ataupun Asumsi Terkait

Tujuan Diciptakannya Makhluk Hidup

“Apakah Tujuan Diciptakannya Manusia dan Makhluk Hidup Lainnya?” pertanyaan ini perlu analisis yang tepat karena ini berhubungan dengan tujuan Sang Pencipta dalam penciptaan. Tidak haram jika muncul asumsi-asumsi yang melenceng, seperti ada tujuan yang diinginkan Tuhan untuk dirinya sendiri. Ataupun Tuhan menginginkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam artian Tuhan melakukan sesuatu untuk menyempurnakan dirinya. Yang menandakan bahwa Tuhan mengharapkan sesuatu yang sebelumnya belum di milikinya.

            Harus dipahami bahwa tujuan penciptaan adalah untuk keperluan makhluk itu sendiribukan untuk Sang Pencipta. Atau dalam pengertian lain tujuan Pencipta mencakup bagian dari proses penyempurnaan makhluk itu sendiri dan bukan untuk penyempurnaan Khalik. Nah, dimana pengertian ini dapat dikatakan bahwa setiap individu memiliki tahapan-tahapan penyempurnaan yang harus dicapainya masing-masing agar dapat mengetahui tujuan dia diciptakan karena pada hakikatnya manusia diciptakan dengan kehendak bebas. Dan dari kebebasan itu dia dapat memilih  kebaikan maupun keburukan.

Salah satu bentuk penyempurnaan yang dimaksud ialah “Tujuan diciptakannya sebutir benih adalah untuk mewujudkan potensinya menjadi tumbuhan yang matang”. Akan tetapi di dalam Al-Qur’an hanya dijelaskan bahwa penciptaan manusia dan jin hanya untuk menghamba kepada Tuhan. Lagi pula “Kita tidak pernah menemukan penjelasan dalam Al-Qur’an bahwa manusia diciptakan untuk lebih banyak mengetahui sesuatu kemudian berusaha mencari tujuannya dengan pengetahuan itu”. Manusia diciptakan tidak sempurna dan sesungguhnya kemanusiaan manusia terletak pada pengetahuan dan pencapaiannya terhadap kebenaran.

Ada juga pandangan Teosof mengenai kesempurnaan manusia yakni keadilan moral. Yang menekankan bahwa akal manusia yang harus mengatur keseimbangan antara perasaan keinginan, nafsu dan imajinasi manusia, sehingga bisa dikatakan manusia sempurna.

Kemudian muncul pendapat lain bahwa manusia yang sempurna yaitu orang yang paling banyak memiliki kasih sayang kepada orang lain.

 

BAB II

 

Landasan Etika Personal dan Etika Sosial

Kehidupan social berarti kebersamaan-kebersamaan seluruh komponennya dalam mencapai tujuan baik tujuan material maupun tujuan spiritual.

            Buku ini memberikan penjelasan bahwa tujuan umum dari beberapa orang dari kehidupan bermasyarakat bisa jadi hanya tujuan material semata. Misalnya karena kebutuhan industry, perusahaan dan lain-lain. Akan tetapi kehidupan sosial manusia tidak bisa diatur seperti halnya mengatur sebuah perusahaan. Dikarenakan kerangka berpikirnya yang berbeda namun ada pendapat dari Betrand Russel yang mengatakan bahwa dsar dan etika sosial adalah bentuk kesepakatan antar individu dalam sebuah komunitas masyarakat yang dapat melindungi kepentingan-kepentingannya. Contoh “Saya mau ambil mobil tetanggaku akan tetapi berpikirka kalau kuambilki, nanti dia juga narampaski punyaku”. Sehingga Russel percaya bahwa dasar etika adalah penghargaan atas hak-hak individu. 

Sedangkan pada pemikiran Marxisme mereka tidak memperhitungkan nilai-nilai spiritual dan moral. Seperti kepemilikan pribadi yang diambil harus digantikan dengan kepemilikan negara atau komunal. Sehingga sistem seperti ini orang harus bekerja sesuai kemampuannya dan mendapat kompensasi dari negara sesuai kebutuhannya. Dalam hal ini harta dan kedudukan yang memiliki status social yang paling tinggi di masyarakat. Sedangkan, orang dengan harta dan kedudukan yang kecil besar kemungkinan untuk ditindas.

Sekarang mari kita diskusikan apa yang sebenarnya terdapat dalam suatu nilai spiritual dalam etika sosial? seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa tujuan.

 

BAB III

 

            Agama memberikan kekuatan kepada sebuah ideologi untuk menciptakan kasih sayang dan cinta terhadap tujuan-tujuan yang lebih tinggi dibanding tujuan individualistik yang bersifat material saja. Akan tetapi banyak orang yang mencoba membuat ideologi yang didasarkan oleh aspek filsafat murni tanpa adanya aspek agama yang dimana agama dan imanlah yang membuat ideologi menjadi suci.

            Mahzab pemikiran adalah kumpulan ide-ide harmonis yang berhubungan dengan kehidupan nyata, yakni apa yang diizinkan dan apa yang tidak diperbolehkan. Sebuah mahzab pemikiran seharusnya menawarkan kepada manusia sesuatu yang sifatnya ideal. Monoteisme (Tauhid) adalah salah satu mahzab pemikiran yang memberikan paradigma dalam perspektif universal yang filosofis karenanya tauhid mampu menjelaskan eksistensi tentang sifat Tuhan seperti dalam Al-Qur’an seperti dalam surah Al-Ikhlas.

            Tauhid dibagi dalam beberapa jenis yaitu tauhid zat, tauhid sifat, tauhid perbuatan dan tauhid penghambaan. Tauhid zat adalah mempercayai bahwa Allah itu satu dan tidak ada sekutu yang menyerupainya. Tauhid sifat berarti zat Allah tidak bertentangan dengan sifat-sifatnya. Hanya Allah yang memiliki seluruh kesempurnaan. Tauhid penghambaan adalah keyakinan bahwa hanya Allah yang layak untuk disembah. Dan bagi saya pribadi setuju dengan prinsip tauhid ulama besar Aliamah Thabathabai yakni prinsi tauhid layaknya air ia mampu memenuhi akar-akar pohon pemikiran  atau seperti roh yang memberikan kekuatan hidup dan dinamisme bagi sebuuah mahzab pemikiran.

            Sastre dan kawan-kawan mengatakan bahwa manusia tidak boleh berhenti pada sebuah target atau batas tertentu, tetapi manusia harus terus bergerak melebihi batasnya. Makna dari kata diatas berarti bahwa perjalanan manusia adalah sebuah perjalanan yang terus menerus tanpa adanya tujuan dan arah dari awal sampai akhir.

 

BAB IV

 

Di hal pertama terdapat pertanyaan apa yang dimaksud dengan iman yang di dalam islam banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang dianggap sebagai proses dari semua pertanyaan?

Note: Iman adalah keyakianan kepada Allah. Iman mencakup kepercayaan tentang keberadan malaikat, kitab-kitab dan para nabi, serta hari kebangkitan.

Kemudian muncul pertanyaan kedua apakah iman bisa menjadi alat untuk mencapai tujuan hidup?

Pertanyaan ketiga apakah iman yang di perintahkan kepada manusia adalah untuk menuju kesempurnaan manusia itu sendiri? Atau hal-hal apa yang dipersyaratkan dalam penyempurnaan manusia? Atau sifat-sifat apa saja yang harus dimiliki sehingga manusia bisa dikatakan sempurna?

Note: Dalam pertanyaan ini akan lebih sulit di jawab disbanding penyempurnaan makhluk lain. Contoh apel-apel yang memiliki bau, warna, rasa, dan bentuk bisa kita katakana apel itu sempurna.

Secara ilmiah kita tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Tetapi setidaknya kita bisa melihat pandangan agama terhadap hal ini.

Manusia yang sempurna dalah yang menerima dan mensyukuri pemberian Tuhan?

Note: Agak sulit untuk di hukumi terkait pertanyaan ini karena banyak manusia yang beribadah demi mendapatkan keuntungan di akhirat. Seperti mereka beribadah untuk mendapatkan tempat di surga atau mengharap pahala bahkan Ibnu Sina berkata bahwa sebagian manusia bekerja demi upah tertentu, Ketika upah itu tiddak ada maka diapun tidak akan mau bekerja.

Lantas bagaimana manusia sempurna itu? Para sufi mempercayai bahwa hanya ada satu kebenaran dan kebenaran itu hanyalah Allah, selainnya hanyalah bayang-bayang dari kebenaran itu.

Continue Reading...

Kelas Logika Pertemuan V (Lima Universal)

Kelas logika BPT 2020/2021

Senin, 05 November 2020

 

PERTEMUAN V

LIMA UNIVERSAL

Pembagian Universal menjadi lima bagian bertujuan untuk mengidentifikasi sesuatu. Pembagian pertama dalam bahasan Lima Universal adalah pembagian pahaman universal menjadi dua bagian, yaitu Universal Zat dan Universal Sifat.

1.    Universal Zat (Kulli zati, Universal Essential)

       Adalah “pahaman universal yang menjadi asas essensi (hakekat) suatu ekstensi (individu)” atau “pahaman universal yang masuk dalam essensi suatu ekstensi (individu”. Maksud dari definisi ini adalah suatu pahaman universal yang kalau tidak dibubarkan dalam essensi (hakekat) suatu individu, maka individu tersebut tidak bisa menjadi wujud. Misalnya benda, binatang, dan rasional terhadap Ahmad sebagai individu (ekstensi) dari manusia.

 

2.    Universal Sifat (Kulli ‘Aradhi, Universal Accidental)

       Adalah “pahaman universal yang tidak termasuk dalam essensi (hakekat) suatu ekstensi (individu). Maksudnya adalah suatu pahaman yang merupakan kebalikan dari pahaamn zat. Yaitu suatu pahaamn yang ada dan tidaknya, tidak mempengaruhi essensi suatu ekstensi. Artinya, suatu ekstensi tetap wujud sekalipun pahaamn tersebut kita cabut darinya. Misalnya tertawa, berjalan (sebagai sifat bukan kata kerja).

 

Sifat-Sifat Khusus Universal Zat

1.      Universal zat tidak bisa dipisah dari ekstensinya, baik pada wujud-luar atau dalam. Misalnya binatang pada manusia.

2.      Universal zat tidak disebabkan oleh sesuatu, atau – dengan kata lain – tidak bersebab. Misalnya kebinatangan pada manusia.

3.      Universal zat terang ketetapannya atau mudah. Artinya, dalam menetepkan kebinatangan atau kerasionalan pada manusia – misalnya – tidak memerlukan pikiran dan argumen.

4.      Universal zat mendahului essensi dalam wujud dalam.yaitu, binatang dan rasional harus dibayangkan terlebih dahulu sehingga dapat membayangkan manusia.

Pembagian Universal Zat dan Sifat

Pembagian kedua dalam bahasan lima universal adalah pembagian terhadap universal zat dan sifat. Universal Zat dibagi menjadi tiga bentuk pahaman, yaitu Golongan, Jenis, dan Pembeda. Sedang untuk universal sifat dibagi menjadi dua bentuk pahaman, yaitu Sifat Khusus dan Umum.

1.      Universal-Golongan

       Dapat kita definisikan sebagai “suatu pahaman universal tentang hakekat, yang di dalamnya terdapat gabungan, yang jumlahnya (banyaknya) hanya terdapat pada bilangannya saja, dan untuk menjawab apa – dia.”

 

2.      Universal-Jenis

       Dapat kita definisikan sebagai “suatu pahaman universal tentang hakekat, yang di dalamnya terdapat gabungan, yang jumlahnya (banyaknya) terdapat pada essensi dan untuk menjawab pertanyaan apa-dia

 

3.      Universal- Pembeda

       Dapat kita definisikan dengan “suatu pahaman universal tentang bagian pengkhusus suatu essensi yang untuk menjawab pertanyaan, apakah zat pembedanya?”.

 

4.      Universal Sifat Khusus

       Dapat kita definisikan sebagai “pahaman universal yang berupa  (bisa dijadikan) predikat yang khusus bagi dan keluar dari essensi subyeknya” atau “pahaman universal yang berupa (bisa dijadikan) suatu keterangan – yang menerangkan – yang khusus bagi dan keluar dari essensi yang diterangkan”.

 

5.      Universal Sifat Umum

       Dapat didefinisikan sebagai “Suatu pahaman universal yang berupa (bisa dijadikan) predikat yang keluar dari essensi subyek yang mempredikati subyek dan lainnya”.

 

Continue Reading...