Sabtu, 28 Oktober 2017

Kilas Balik Problematika Agraria

Jika pada tahun 2015 Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat, terjadi 252 konflik agraria dengan luas 400.430 hektar, 108.714 keluarga. Maka terdapat peningkatan yang sangat tinggi terhadap angka konflik agraria. Peningkatan ini juga dipengaruhi konflik berkepanjangan yang masih belum selesai dari tahun ketahun, selain memang bertambahnya jumlah konflik agraria.
Sebagai contoh kasus Perusahaan perkebunan milik negara yaitu PTPN ditenggarai melakukan usaha secara illegal di beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan. PTPN XIV yang merupakan salah satu perusahaan negara dengan usaha utamanya adalah kelapa sawit, telah melakukan usaha secara illegal, dimana PTPN XIV dalam melakukan usahanya tidak dilengkapi dengan Hak Guna Usaha yang merupakan syarat wajib dalam berusaha sesuai dengan putusan MK no Nomor 138/PUU-XIII/2015 (hasil Uji Materi UU Perkebunan NO 39 Tahun 2014.
Miris bukan, ketika kita menelaah terhadap konflik agraria yang saat ini terjadi khususnya di Sulawesi Selatan Lahan dari para kaum petani yang harusnyadiperuntukkan untuk bertani, berkebun dan beternak tidak lagi bisa mereka gunakan. Yang ada, selama bertahun-tahun masyarakat berhadapan dengan pihak aparatus yang tanpa henti melakukan teror dan intimidasi terhadap masyarakat yang terus menolak keberadaan dan aktivitas PTPN XIV. Puluhan petani dikriminalisasi. Praktik ketidakadilan ini harus segera dihentikan !!!

By. Muhammad Ikram
Continue Reading...

Aktualisasikan Reforma Agraria Sejati, Tuntaskan Konflik Agraria di Tanah-Air

Kembali didengungkan kepada yang katanya pemerintah mengenai buruknya situasi agraria di Tanah-Air akibat tidak dijalankannya agenda pembaruan agraria. Petani, sebagai mayoritas rakyat Indonesia telah menjadi warga negara yang tertindas dan terbelakang, dan desa-desa tempat petani bermukim telah menjadi kantong-kantong kemiskinan.
Kemiskinan di pedesaan ini diakibatkan oleh ketiadaan kepemilikan, akses dan kontrol petani atas tanah yang menjadi alat produksinya yang utama. Sekitar 56% penduduk pedesaan merupakan buruh tani atau petani gurem dengan kepemilikan tanah rata-rata di bawah 0,5 Ha. Selain itu, indeks gini tanah nasional mencapai angka 0,72, yang mengindikasikan bahwa struktur kepemilikan dan penguasaan tanah masih sangat timpang (BPS, 2015).
Saat ini, kita telah menyaksikan laju konversi lahan pertanian ke non-pertanian yang begitu cepat dan meluas. Jika pun bertahan sebagai lahan pertanian, sesungguhnya penguasaan dan pengelolaannya telah berpindah tangan, terakumulasi ke perusahaan-perusahaan pertanian skala besar, dimana petani dipaksa menjadi buruh di tanah-tanah yang dulu digarapnya.
Selain peningkatan jumlah masyarakat miskin, BPS pun mencatat bahwa dalam kurun waktu 10 tahun (2005-2015), negeri agraris ini telah kehilangan sekitar 5,7 juta rumah tangga petani. Proses deagrarianisasi dan kehilangan jumlah rumah tangga petani secara masif tersebut telah mengakibatkan negeri ini tak mampu mencapai swasembada pangan dan bergantung penuh pada impor pangan.
Berbagai peraturan perundangan tersebut telah membuka lebar keran investasi dan praktek-praktek perampasan tanah skala raksasa atas nama pembangunan. Kita menyaksikan setahun ini, praktik liberalisasi berbagai sektor agraria tersebut terus dijalankan, yang pada akhirnya mempertajam ketimpangan struktur agraria di Indonesia.
Konsekuensi dari tingginya monopoli, eksploitasi dan ketimpangan struktur agraria menyebabkan konflik agraria merebak di banyak daerah.. Konflik-konflik yang terjadi diikuti pula oleh berbagai tindak kekerasan, pelanggaran HAM berat dan kriminalisasi terhadap petani dan aktivis pendamping petani, yang mana pelakunya selain keamanan perusahaan, juga melibatkan aparat keamanan pemerintah seperti TNI dan Polri. Dalam sepuluh tahun terakhir (2004-2014), telah banyak korban konflik berjatuhan, baik laki-laki maupun perempuan, dimana 85 petani tewas, 110 orang tertembak, 633 orang mengalami penganiayaan dan 1.395 orang ditangkap (Laporan KPA, 2014).
Saat ini, pemerintahan Jokowi-JK yang menjanjikan pelaksanaan reforma agraria melalui program redistribusi tanah 9 juta hektar, harus mau dan mampu mengambil langkah konkrit dengan melaksanakan reforma agraria sejati, dimana redistribusi tanah sungguh-sungguh dijalankan dengan berorientasi pada tujuan: memperbaiki ketimpangan struktur agraria yang ada, bukan semata-mata “bagi-bagi tanah” apalagi legalisasi asset (sertifikasi); menyelesaikan konflik agraria dengan mengarahkan target obyek (tanah) prioritas reforma agraria adalah di wilayah-wilayah konflik agraria; dan mendorong perbaikan serta peningkatan kesejahteraan petani secara mandiri. Hanya melalui jalan reforma agraria sejati lah, petani di Indonesia akan menemukan jalan terang menuju pemenuhan rasa keadilan dan kemakmuran. Melalui reforma agraria pula, maka kedaulatan pangan pun akan terwujud secara nyata.

By. Muhammad Ikram
Continue Reading...

Minggu, 22 Oktober 2017

Puisi Hilang_by:@ask_FM05

PUISI HILANG

(By : @ask_FM05)

Puisi ku hilang,

Entah kemana?

Setiap sungai selalu mengarah pada muara

Sementara Puisiku melanglang buana



Dia yang mampu tirukan suara angin

Jatuh hujan

Juga caramu berjalan



Kehilanganmu tidak membuatku nelangsa

Sebab kamu membelenggu raga

Layaknya perompak yang haus harta



Namun, kehilangan puisi membuatku terpenjara.

Sebab, puisi memerdekakan

Layaknya pahlawan yang berani menghadapi penjarah



Demikian puisiku

Puisiku Hilang!!!



Continue Reading...

Minggu, 15 Oktober 2017

DESEMBER TERAKHIR_Imam Gazali S

DESEMBER TERAKHIR

Desember 2014. Mengarungi Laut Jawa yang luas-terhampar dari timur hingga ke barat dengan pemandangan yang indah. Dari Makassar menuju Kota Surabaya. Sore itu pemandangannya indah sekali. Aku duduk menepi di dek kapal. Ku turun kan kaki ku ke bawah, ku ayung-ayungkan mengikuti irama dari VN yang pernah dia kirim.

Aku ingin menceritakan keindahan Laut Jawa kepadanya. Tapi di tengah laut seperti ini, mustahil mendapatkan jaringan. Aku berpegang erat ke besi-besi pembatas agar tak jatuh. Aku lepas kacamataku, angin berhembus ke arahku. Sejuk sekali.

Ku tatap matahari sedikit demi sedikit tenggelam di laut sebelah barat. Langit semakin berwarna jingga. Sejauh mata memandang, hanya ada laut dan laut. Laut sore itu begitu bersahabat. Tenang tanpa ombak. Berwarna biru bercampur jingga-pantulan cahaya matahari. Sesekali ada burung kecil terbang mengikuti arah kapal.

Tiba-tiba ada ibu paru baya berteriak, Tolong! Tolong! katanya, panik.

Ibu itu berlari menuju anjungan kapal. Kapten! Kapten! teriak ibu itu, sesak napas. Kapten. Hentikan laju kapal ini, sekarang!

“Ada apa? tanya kapten, kebingungan dengan perintah ibu itu.

“Ada yang tenggelam Kapten. Di belakang.

Dengan sigap sang kapten menyuruh anak buahnya memperlambat kapal. Semua orang di dek spontan berlari ke belakang. Aku salah satunya. Dengan cepat kaki ku melangkah melewati gerombolan orang menuju belakang kapal..

“Lihat! Itu dia, seseorang berteriak sambil menunjuk seorang gadis tengah berususah payah agar tidak tenggelam.

“Tolong Tolon gadis itu menghilang dari permukaan laut. Lama tidak muncul ke permukaan. Dua buah ban penyelamat berwarna kuning di lempar ke tempat gadis tadi berada. Tapi apa gunanya, dia sudah tenggelam.

“Apa kau bisa berenang nak? tanya ibu tadi kepada ku. Ibu itu menatapku sangat dalam. Aku perlahan mengangguk.

“Ibu minta tolong. Selamatkan anakku!

Tanpa pikir panjang, ku lepas kacamataku. Aku titipkan ke ibu itu, lalu meloncat ke laut lepas menyelamatkan anak ibu itu.

Ceelupp.

Bunyi percikan air ketika aku mendarat dengan kepala lebih dulu. Dengan cepat aku menyelam. Berusaha mencari tubuh gadis itu. Aku tak bisa melihat apa-apa, matahari mulai terbenam dan laut semakin gelap. Terutama di bagian bawah, sulit sekali untuk aku menemukannya.

Gadis tadi mengenakan jilbab biru dan baju putih. Seharusnya aku bisa dengan muda menemukannya di dalam sini. Aku naik ke permukaan, meraih ban penyelamat. Menarik napas panjang lalu kembali menyelam ke laut.

Dingin. Suhu air laut menjelang malam memang selalu seperti ini. Sekitar tiga meter lebih aku menyelam, dan aku belum menemukan tubuh gadis itu. Aku beranikan diriku menyelam lebih dalam lagi. Lagi dan lebih dalam lagi. Hingga akhirnya aku melihat bayang-bayang berwarna biru. Mungkin itu dia, pikirku.

Terlalu lama di dalam air, membuat napas ku habis. Aku tidak punya banyak pilihan disaat seperti ini. Aku bisa saja naik ke permukaan, menyelamatkan hidupku sendiri. Atau aku bisa menyelam lebih dalam lagi, maraih tangan gadis itu lalu menariknya ke permukaan, tapi itu terlalu beresiko. Nyawaku taruhannya.

Aku tak ingin mati di usia muda. Aku masih punya mimpi dan orang yang harus ku bahagikan hidupnya.

Tiba-tiba aku ingat padanya, gadis manis yang tadi aku dengar VNnya. Aku bayangkan, bila dia yang berada di dasar laut itu. Aku pasti memilih untuk mempertaruhkan nyawaku. Tapi, gadis yang tenggelam itu bukan siapa-siapa untuk ku. Dia bukan gadis yang ku sayangi.

Aku tak ingin mati.

Entah kenapa, semakin aku tak ingin menyelamatkan gadis itu. Semakin aku teringat wajah orang yang aku sayangi.

Dengan sigap ku beranikan diriku menyelam lebih dalam lagi. Dadaku mulai terasa sesak. Sakit sekali. Paru-paru ku tertekan. Tanganku mulai gemetar. Pandanganku mulai buram, tapi aku masih bisa melihat jelas kudung birunya. Aku mencoba meraihnya, tapi dia terus turun ke dasar laut.

Ku coba sekali lagi, aku berhasil meraih tangannya. Aku tarik sedikit demi sedikit . Dia tak merespon. Mungkin dia pingsan, pikirku. Sekarang dia sudah berada di dekat ku. Aku hanya perlu menariknya sedikit demi sedikit naik ke permukaan.

Aku melirik ke atas, gelap. Sudah berapa meter aku menyelam? Kakiku mulai keram. Kadar garam di laut membuat tubuhku menjadi kaku. Gadis itu aku tarik ke atas kepalaku. Aku di bawahnya, mendorongnya sedikit demi sedikit.

Napasku semakin menipis. Mungkin ini napas terakhirku. Aku merasa ini adalah akhir hidupku. Aku sudah pasrah jika harus berakhir seperti ini. Seluruh badanku menggigil kedinginan.

Aku sayang kamu, lagi-lagi aku teringat padanya, orang yang harus ku bahagiakan hidupnya.

Aku pejamkan mataku. Maafkan aku sayang. Aku tidak punya pilihan lain, kataku dalam hati seraya memeluk tubuh gadis berkudung biru itu dari belakang. Aku ayungkan kaki ku dengan cepat. Mataku terus terpejam. Tanganku memeluk erat tubuh gadis itu agar tidak terjatuh.

“Maafkan aku sayang, kataku dalam hati penuh penyesalan.

Aku terus mengayungkan kaki ku. Aku tak tau apakah ini berhasil atau tidak. Ini adalah pilihan terakhirku. Aku hanya bisa berharap Allah menolong kami di bawah sini.

“Heei.. Itu dia! teriak seseorang dari atas kapal ketika kami sudah naik di permukaan. Aku naikkan tubuh gadis itu ke atas ban penyelamat.

Tenagaku sudah habis. Aku sulit bernapas. Penglihatanku buram. Badanku terlalu lelah, tidak bisa bergerak sama sekali. Kepalaku mulai oleng. Peganganku mulai melemah, lalu terlepas. Aku perlahan tenggelam. Aku sudah tidak bisa apa-apa lagi.

Aku pejamkan mataku.

Ashadu Allah ilaha illallah. Wa ashadu annah muhammadar rasulullah

Mengucapkan kalimat Syahadat berulang-ulang kali. Sebanyak yang aku bisa.

“Setidaknya, aku sudah berusaha semampuku, kataku dalam hati sambil mengingat senyumnya.

Continue Reading...

Minggu, 08 Oktober 2017

Dilemanya Tuhan Menciptakan Gulma by orang masa depan

DILEMANYA TUHAN MENCIPTAKAN GULMA”

 Saya adalah tanaman yang menurut mereka mengganggu, saya heran kenapa saya diberi nama gulma oleh mereka, katanya !!! saya itu tumbuh di tempat yang tidak diinginkan, kalua seperti itu lantas saya harus bagaimana ?  

 Tuhan menciptakan saya , sementara banyak yang membenci saya , banyak yang ingin membunuh saya!  Saya hanya ingin bertanya apakah fitrah dan hakikat saya diciptakan di muka bumi ini, Ohh Tuhan!!! Apakah memang seperti itu ??? Lantas kenapa saya di ciptakan ???

 Kalau memang saya diciptakan tidak seperti itu ! Tolong jelaskan ya tuhan !!! kepada mereka yang menyiksa dan ingin membunuh saya. 

 Saya hanya ingin hidup, ingin berinteraksi sama lingkungan ku, tiba-tiba mereka memberikan nama ke saya itu gulma, bukankah mereka adalah gulma, karena telah memberikan saya nama itu!!! Ataukah ada harapan yang ingin disampaikan dengan nama itu , Tolong jelaskan ke saya , karena saya juga adalah bagian mu Tuhan!!!.

Continue Reading...

Jumat, 29 September 2017

RARA_ cerpen by Imam Gazali S

RARA

   Duduk di atas kasur empuk. Dibalut dalam pakian adat khas sulawesi selatan. Mengenakan bandol besi, seberat tiga kilogram. Ditambah sejumlah gelang di lengan kanan dan kiri. Berada di kamar ku yang indah. Penuh dekorasi warna. Mulai dari dinding, lemari, meja make-up, kasur, dan semuanya. Tampil menawan dengan tataan kain yang lucu.

  Duduk manis, ditemani para sahabat dan orang tua (prempuan). Mereka kompak memandang ke arah ku. Beberapa dari mereka saling berbisik, sambil memandang ke arah ku. Ada juga yang memuji "Raraa.. Kamu memang cantik".

  Aku tampil berbeda dari biasanya. Rambut ku disanggul, sekaan menjadi mahkota ku untuk hari ini. Alisku dihias, semakin membuat ku terlihat cantik. Dengan pipi berwarna merah jambu. Membuat senyum ku semakin manis. Bibir ku merah merona, beda dengan yang lainnya.

  Ini, hari yang besar untuk ku. Maksud ku, untuk kami. Hari yang tak akan kami lupakan. Sudah lama aku memimpikan ini semua. Dan tak ku sangka. Mimpi itu, datang hari ini.

   Suasana hening, terlalu hening. Jemariku bergetar. Rasanya berat untuk menarik napas. Bahkan untuk menggerakkan lengan ku saja, terasa sulit. Aku dibantu nenek, yang daritadi menenangkan perasaan ku. Menggenggam kuat jari ku yang terus bergetar.

"Raraa...Raraaa" Nenek berulang kali menyebut nama ku.

  Aku tegang. Tak bisa ku menyembunyikannya. Lebih tegang dibanding menghadapi semua masalah yang pernah ku lewati. Sedingin apapun AC kamar ku bekerja. Kurasa itu tak sanggup mendinginkan badan ku, yang diselimuti rasa panas, yang entah datang dari mana.

   Ibu duduk di samping nenek. Selalu menyakinkan ku, untuk bisa melewatinya. Aku pikir, ibu dan semua prempuan disini pernah merasakan ini. Dan mereka berhasil melewatinya. Aku harus tegar. Aku pasti bisa melewati hari ini.

  Aku pandangi senyum para sahabat ku, yang berjejer di salah satu dinding kamar. Semakin membuat ku tegar menghadapi semua ini. Aku tarik napas panjang, dan menghembuskannya dengan perlahan. Mencoba menenangkan diri. Setiap detik di hari ini, serasa seperti sejam. Sangat lama berlalunya.

 Suasana masih tetap sama. Hening. Hingga akhirnya, terdengar suara dari luar kamar. Suara dari soundsistem, membuat semua orang mendengarkannya. Suaranya agak malu-malu. Tapi, aku mengenal suara itu. Suara itu, milik seorang lelaki yang ku kenal.

  Lagi-lagi, aku semakin tegang. Dalam sekejap, sekujur tubuh ku merinding. Air mata ku hampir menetes. Namun aku menahannya sekuat tenaga. Aku mungkin sering meneteskan air mata. Tapi tidak hari ini, dihari bahagia ini. Mendengar suaranya mengucapkan kalimat-kalimat sakral. Kalimat yang akan ia ucapkan, sekali dalam hidupnya. Dipandu oleh sang penghulu yang pasti, berada di dihadapannya.

  Aku dengar, ia berulang kali salah dalam menyebutnya. Aku pikir, ia merasakan apa yang ku rasa. Tegang. Tapi, aku percaya padanya. Dia pasti bisa menyebutkannya dengan sempurna, kalimat sakral itu. Dia selalu bisa melakukan apapun untuk ku. Termasuk mengucapkan kalimat itu. Aku selalu percaya padanya.

  Aku ingin mendampinginya di sana. Tapi, sesuai adat. Aku harus berada di kamar. Dan menunggunya datang menjemput ku. Aku terus menenangkan diri. Dan itu dia, dia berhasil menyebutkannya dengan sempurna dan lancar. Spontan, ibu langsung memeluk ku. Memeluk ku dengan erat. Air mataku hampir menetes, terharu. Tapi aku tetap tegar. Tak akan ku perlihatkan setetes air mata ku di hari ini.

  Tak beberapa lama. Pintu kamar dibuka oleh seorang bapak tua, mengenakan jas tutup hitam dengan sarung bermotif indah dan sarung seperti syal di lehernya. Aku pikir, ia penghulu itu. Membuka pintu, dan melangkah masuk. Diikuti olehnya, lelaki itu. Melangkah malu-malu, mendekatiku yang duduk manis di atas kasur.

Dia benar-benar datang menjemputku.

Continue Reading...

Senin, 31 Juli 2017

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kami mengundang dengan hormat warga FMA dan warga Himpunan ruang lingkup pertanian unhas serta seluruh mahasiswa fakultas pertanian universitas hasanuddin untuk menghadiri kegiatan Pelantikan Pengurus Baru  Badan Pelaksana Teknis Forum Mahasiswa Agroteknologi (FMA) Periode 2017-2018 dengan tema "FMA Sebagai Bentuk Perwujudan Kader Yang Memiliki Eksistensi,Sinergitas, dan Profesionalisme dalam Berlembaga" yang akan dilaksanakan pada:

📅 Selasa, 01 Agustus 2017
🕑 09.00 WITA - Selesai
🏠 P. 305 Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

Demikianlah, atas perhatianya kami mengucapkan banyak  terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Jayalah dikau jaya pertanian tercinta
Jaya FMA
Agroteknologi Solid!!!
Continue Reading...