Senin, 08 Mei 2017

Senyapnya Revolusi Hijau Tapi Ternyata Tidak !

Share it Please
Sekolah Menulis - Muhammad Ikram

Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang berada di Kawasan Asia Tenggara. Sebagai negara yang dikenal sebagai penghasil produk pertanian tentunya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Kebutuhan pangan merupakan salah satu kebutuhan primer bagi kehidupan suatu masyarakat. Akan tetapi, dewasa ini ketahanan pangan menjadi suatu masalah yang dapat dikatakan serius bagi Indonesia.
Persoalan pangan bagi bangsa indonesia, dan juga bangsa-bangsa lainnya di dunia ini adalah merupakan persoalan yang sangat mendasar, dan sangat menentukan nasib dari suatu bangsa. Ketergantungan pangan dapat berarti terbelenggunya kemerdekaan bangsa dan rakyat terhadap suatu kelompok, baik negara lain maupun kekuatan–kekuatan ekonomi lainnya. Seperti yang di riakkan oleh sang revolusioner kita, soekarno yang mengatakan bahwa berbicara pangan, pertanian adalah tentang hidup dan mati.
Dari persoalan itu tentunya Hal ini tidak lepas dari praktik liberalisasi pangan yang pastinya memberikan kesenjangan bagi masyarakat khususnya petani dalam masalah pendapatan. Berikut bagaimna polemik-polemik yang dihadirkan dari praktik  Liberalisasi sektor pertanian yang tidak jauh dari sistem yang berlaku pada Kebijakan modernisasi pertanian di Indonesia pada masa Orde Baru, yang sering dikenal dengan sebutan Revolusi Hijau yang merupakan proses memodernisasikan pertanian gaya lama menjadi pertanian gaya modern dengan melakukan pengembangan subsidi pada pestisida. Hal ini telah mengubah pola pertanian subsistensi menuju pertanian berbasis kapital dan komersial.
Harus kita pahami bahwa Konsep Revolusi Hijau di Indonesia hadir karena munculnya masalah kemiskinan yang disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat tidak sebanding dengan peningkatan produksi pangan. gebrakan Revolusi hijau ini memberikan pertimbangan pada pemulihan produktivitas sumber daya pertanian yang kritis dengan cara merehabilitasi dan diversifikasi pertanian.
Di Indonesia sendiri penggunaan pupuk dan pestisida kimia merupakan bagian dari Revolusi Hijau, sebuah proyek ambisius Orde Baru untuk memacu hasil produksi pertanian dengan menggunakan teknologi modern, yang dimulai sejak tahun 1970-an. Memang Revolusi Hijau telah menjawab satu tantangan ketersediaan kebutuhan pangan dunia yang terus meningkat. Namun keberhasilan itu bukan tanpa dampak dan efek samping yang jika tanpa pengendalian, dalam jangka panjang justru mengancam kehidupan dunia pertanian.
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia adalah salah satu Negara  berkembang dan Negara Agraris yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Untuk meningkatkan hasil pertanian yang ingin dicapai maka diperlukan berbagai sarana yang mendukung agar dapat mencapai hasil yang memuaskan. Salah satunya dengan pemakaian pestisida. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang harus dilakukan mengingat bahwa pestisida adalah bahan yang beracun. Penggunaan bahan-bahan kimia pertanian seperti pestisida tersebut dapat membahayakan kehidupan manusia.
Kondisi hari ini menjawab bahwa penggunaan pestisida sebagai salah satu interpretasi dari system revolusi hijau sendiri ini nyatanya juga menimbulkan dampak bagi kesehatan manusia. Sama halnya, Residu pestisida telah diketemukan di dalam tanah, ada di air minum, air sungai, air sumur, maupun di udara. Dan yang paling berbahaya racun pestisida kemungkinan terdapat di dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari, seperti sayuran dan buah-buahan.Aplikasi pestisida dari udara jauh memperbesar resiko pencemaran, dengan adanya hembusan angin. Pencemaran pestisida di udara tidak terhindarkan pada setiap aplikasi pestisida. Sebab hamparan yang disemprot sangat luas. Sudah pasti, sebagian besar pestisida yang disemprotkan akan terbawa oleh hembusan angin ke tempat lain yang bukan target aplikasi, dan mencemari tanah, air dan biota  bukan sasaran.
Penggunaan pestisida sangat berdampak terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Setiap hari ribuan petani dan para pekerja di pertanian diracuni oleh pestisida dan setiap tahun diperkirakan jutaan orang yang terlibat dipertanian menderita keracunan akibat penggunaan pestisida. Dalam beberapa kasus keracunan pestisida langsung, petani dan para pekerja di pertanian lainnya terpapar (kontaminasi) pestisida pada proses mencampur dan menyemprotkan pestisida.
Pestisida bisa dikatakan sebagai pencetus timbulnya kanker, tingkat kesuburan menurun dan gangguan dari terhadap sistem kekebalan tubuh. Kebijakan pertanian yang berorientasi pada eksport, membuat semakin gencarnya dibuka lahan-lahan perkebunan baik oleh pihak pemerintah maupun swasta yang sangat tergantung dengan penggunaan pestisida, buruh perkebunan dan masyarakat tinggal di sekitar juga beresiko tinggi terpapar oleh pestisida. Pemilik perkebunan dan perusahaan pestisida hanya memikirkan sudah berapa banyak laba dan keuntungan yang diperoleh, tetapi tidak memikirkan dampak buruk terhadap kesehatan dan kehancuran lingkungan ketika pestisida disemprotkan. Sebut saja salah satu dampak yang ditimbulkan dari penggunaan dari pestisida yaitu pada sistem pernafasan dimana Efek jangka panjang akan terjadi secara terus-menerus yang menyebabkan iritasi (menyebabkan bronkhitis atau pneumonitis). Pada kejadian luka bakar, bahan kimia dalam paru-paru yang dapat menyebabkan udema pulmoner (paru-paru berisi air), dan dapat berakibat fatal.
Gebrakan revolusi hijau ternyata masih menyimpang tanda Tanya bagi masyarakat Indonesia dibalik  alih-alih ingin menciptakan modernisasi dengan lafas ingin memberikan kesejahteraan pada kaum tani namun dibalik tujuan itu masih ada saja politik praktis yang ada. Praktik liberalisasi yang sangat dirasakan oleh masyarakat Indonesia dalam konteks revolusi hijau ternyata memiliki dampak negatif sebut saja produk pada penggunaan pestisida sebagai salah satu interpretasi dari sistem revolusi hijau sendiri ini nyatanya juga menimbulkan dampak bagi kesehatan manusia. Dari problematika tersebut tentunya itu menjadi bahan refleksi kita sebagai orang-orang yang akan memproyeksikan gebrakan dari setiap sistem yang mencoba memprivatisasi. Dan Yang juga pastinya akan berkaitan pada sistem kesehatan kita pada saat kita mengkonsumsi hasil dari analisis pada  penggunaan pestisida yang juga merupakan bagian dari kajian revolusi hijau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar