Nama: Andri Yani
“Aksi Dalam Diam”
Ada kata yang tak bisa terucap, mulut terbungkam dan tak mampu untuk bicara.
Ada rasa yang terpendam , namun tak bisa
diungkapkan dengan kata-kata.
Dan hati yang
ingin mengeluh, lantas kepada siapa ia
hendak mengadu ?
Banyak
hal yang harus di tuntaskan tentang beberapa hal yang menjadi tanda Tanya.
Akankah, hal itu akan menjadi RAHASIA ? Ada rasa takut, gelisah, dan anggapan
akankah hal itu akan mendapat respon atau tidak. Hal inilah yang selalu menjadi
problem saat ingin melakukan kejujuran.
Pernahkah
kita berfikir ? bahwa dalam kehidupan ini kita sering kali melakukan
kebohongan, namun kita enggan untuk mengakuinya. Saya sangat sepakat dengan
kalimat Mark Mankson dalam buku ‘Sebuah seni untuk bersikap bodo Amat’. “ Orang
hebat adalah orang yang mampu mengakui kesalahannya dan jujur kepada dirinya
sendiri meskipun itu hal terburuk baginya, dan ia mampu mengatakannya
kepada orang lain”.
Begitu
kurangnya orang hebat saat ini yang ingin bersikap seperti itu. Manusia pada
saat ini hanya mampu bersandiwara di depan banyak orang merasa negri seperti
panggung sandiwara. Negriku saat ini krisis orang-orang hebat. Mereka hanya
mampu mendoktrin dengan seribu bahasa unruk membodohi orang lain, negriku saat
ini krisis orang hebat yang ingin berjuang demi bangsa dan Negara, yang ingin
bekerja demi bangsa dan Negara, yang katanya ingin memperjuangkan hak
masyarakat namun faktanya hanya untuk diri pribadi mereka. Mereka
berlomba-lomba mendaftarkan diri sebagai pahlawan dalam masyarakat yang
mengutarakan janji manis dengan harapan membawa banyak manfaat bagi orang lain.
Yang rela harta pribadinya habis untuk menyakinkan bahwa mereka pantas untuk
dipilih. Mereka bersandiwara di depan
orang yang lemah, miskin baik dalam hal materi maupun akal pikiran. Mereka yang
berharap akan di pandang ketika terpilih, mereka yang rela melihat orang lain
saling menjatuhkan, membongkar sedikit demi sedikit aib saudaranya demi suatu
jabatan dan kekuasaan. Selamat datang di negri sandiwara.
Kita
telah memasuki tahun pemilu yaitu tahun 2019. pada tanggal 17 april mendatang
kita sebagai warga negara indonesia yang berusia >17 tahun wajib untuk
memilih pemimpin yang telah mengikuti segala yang telah di tetapkan oleh KPU
(Komisi Pemilihan Umum) sebagai calon presiden dan wakil presiden serta calon
legislatif lainnya.
Sebagai
warga negara yang baik kita seharusnya mengikuti proses kegiatan pemilihan
untuk mendapatkan sosok pemimpin yang mampu memimpin negara ini dengan penuh
tanggung jawab sesuai dengan janji-janjinya.
Namun
dengan adanya proses kampanye yang dilakukan oleh para calon pemimpin negara,
kita perlu melihat dengan baik serta mengkaji lebih dalam mengenai program
kerja di dalam menjalankan tugasnya. Akhir-akhir ini banyak para caleg yang
berkampanye dengan menggunakan cara yang kurang bijaksana. Misalnya, membagikan
sembako kepada masyarakat, money politic, serta hal-hal lain yang menurut
pendapat saya itu sama dengan sogokan. Banyak pula kegiatan para caleg yang
mengaku-ngaku sebagai keluarga dari masyarakat supaya dapat menarik perhatian.
Disisi
lain pada tahun ini, negri kita Indonesia tercinta mendapat musibah yang begitu
luar biasa mulai dari akhir 2018 yaitu gempa bumi di Palu Donggala dan Tsunami di Banten yang
memakan ribuan korban jiwa, serta di awal tahun 2019 ini terjadi banjir di
Sulawesi-Selatan yaitu di beberapa
kabupaten yaitu Jeneponto, Gowa, Makassar, dan Maros serta daerah-daerah
lainnya yang mengalami cuaca ekstrim. Ini merupakan suatu pertanda agar kita
lebih hati-hati lagi kedepannya. Dan semoga dengan adanya musibah ini lebih
menguatkan keimanan kita.
Ribuan
orang dalam sekejap saja bisa hilang, meninggal, dan terluka dengan sapuan air,
debu vulkanik, kebakaran, dan bencana lainnya.
Tangisan orang lain yang mengiris hati, tangisan anak kecil yang
kehilangan orang tuanya, kerabat, dan harta benda. Ini merupakan peringatan
kepada kita semua.
Dan
pada saat ini kita lagi berada di akhir tahun 2019, masih banyak kasus yang
belum di tuntaskan pada tahun ini dan saat ini kita berada di akhir tahun lagi,
dengan wajah pemimpin yang lama dan kabinet-kabinet yang sebagian wajah baru.
Harapan saya kedepannya negri ku tercinta lebih baik lagi dari sebelumnya. Pada
tulisan ini ku sampaikan beberapa harapan bahwa indonesia akan baik-baik saja di
mulai dari kita menciptakan ruang-ruang yang bermanfaat. Boleh kritis bahkan
menurut saya suatu keharusan namun, yang perlu kita pahami adalah kritis pada
diri sendiri terlebih dahulu. Dan yang pasti tetaplah berkarya.
Saya
pernah mendengar kata Aksi adalah keharusan, menurut pribadi saya bahwa aksi
bukan hanya di tandai dengan demonstrasi, turun ke jalan, dan bakar ban
misalnya. Tapi aksi di sini saya artikan sebagai gerakan ataupun kegiatan yang
tujuannya dapat mengubah kebijakan.
Dalam hal ini bisa saja kita dengan diam beraksi misalnya dalam menulis kita
dapat mempengaruh psikologi seseorang yang membacanya, jadi aksi dalam diam
bukan suatu keadaan yang apatis sebenarnya mereka sangat peduli hanya saja cara
mereka dalam menyampaikannya berbeda.
Bedtime
Stories
Suatu
hari aku terbangun di malam hari. Aku tidak tahu hal yang membuat aku terbangun.
Mungkin lebih baik kuberitahu Mama soal ini.
Aku
bergegas menuju kamar Mama. Apa Mama masih terbangun? Atau Mama sudah bermimpi
indah? Aku ingin di sisi Mama sekarang. Aku tidak punya pilihan selain mengetuk
pintu kamar Mama.
“Mama
sudah tidur?” Sekali lagi kuketuk pintu.“Mama, Nana masuk, ya.”
Perlahan
kubuka pintu kamar Mama. Oh, Mama ada di sana. Dia sedang bercermin sambil
mengenakan penutup telinga yang tersambung langsung ke ponsel. Pasti Mama tidak
mendengarku karena benda itu. Seketika kupeluk Mama dan saat itu juga Mama
berbalik ke arahku. Melepaskan benda yang ada di telinganya. Lalu dia mengelus
puncak kepalaku sambil berkata dengan suara lembutnya, “Ada apa, Nana? Kamu
bermimpi buruk?”
Aku
mengangguk pelan. Tiba-tiba Mama mengangkat tubuhku tinggi-tinggi. Aku senang
sekali seperti bisa terbang kemana saja. Setelah itu Mama menjatuhkanku di atas
kasur. Aku tidak bisa berhenti tertawa geli melihat wajah Mama yang tersenyum.
Aku senang Mama tersenyum karena aku.
“Mau
Mama bacakan cerita dongeng?” tawar Mama. Aku mengangguk kuat.
“Cerita
dongeng baru!”
Mama
tersenyum lalu melangkah keluar kamar. Sebentar lagi Mama pasti kembali membawa
dongeng miliknya. Aku sudah tidak sabar. Berkali-kali aku meloncat di atas
kasur sampai aku terjungkir di samping tempat tidur. Tanpa sengaja aku menjatuhkan
barang-barang di atas meja kecil di samping kasur. Kalau Mama tahu aku bisa
dimarahi habis-habisan. Segera kukembalikan barang-barang itu.
Oh,
apa ini? Selembar amplop dari Papa. Wah, apa ini surat cinta? Papa pasti
menuliskan itu untuk Mama. Karena penasaran dengan isinya, aku membuka surat
itu. Semoga Mama akan memaafkan tindakanku. Saat kubuka, hanya ada selembar
foto di sana. Anehnya di foto itu ada dua orang yang mirip Mama dan Papa. Ada
juga tulisan di belakang foto itu.
“Kahara...
Rere... Alla ini pasti Papa. Tapi nama Mama yang mana?” Aku terus melihat foto
itu. Tanpa sadar sebuah tangan sudah menarik foto itu dari tanganku. Astaga,
itu Mama!
“Mama!”
Mama segera menyimpan foto itu. “Maafkan Nana, Mama....”
Mama
hanya tersenyum. Senyum Mama terlihat sangat aneh. Apa mungkin Mama marah
karena aku melihat foto tadi? Semoga Mama memaafkanku.
Mama
menyelimutiku dengan selimut. Lalu dia mulai membuka buku dongeng dengan judul
“Dongeng Si Ibu”. Ini pasti dongeng buatan Mama. Aku senang Mama berhasil membuat
dongeng. Apa aku bisa tidur nyenyak bila sesenang ini?
“Jadi,
kita mulai dari cerita apa?” Mama memperlihatkan judul-judul di dalam buku itu.
“Hanya boleh tiga cerita, ya.” Aku mengangguk sebagai jawaban.
Satu
per satu kulihat judul-judul unik itu. Aku tertarik dengan tiga judul cerita.
Mama pasti mengutipnya dari kisah dongeng di buku lain. Tapi karya Mama pasti
jauh lebih baik. Kutunjuk judul yang menarik perhatianku. Kisah itu berjudul “Nenek
Kerudung Merah”, “Ibu Tiri Cinderella”, dan “Ursula Si Gurita”.
“Pilihan
yang bagus, Nana,” puji Mama sembari mengelus puncak kepalaku. Aku senang
sekali dipuji oleh Mama. Kuharap suatu saat Papa juga akan memujiku.
Mama
membuka buku dongengnya dan memulai kisah pilihanku. Cerita itu berkisah
tentang Nenek dari si Kerudung Merah. Suatu hari Nenek itu bertemu dengan tuan Serigala
yang sungguh baik. Tuan Serigala selalu menjenguk dan merawat Nenek yang sakit.
Namun suatu ketika, tuan Serigala pun tidak lagi datang. Nenek pun hendak pergi
ke kota meminta bantuan orang-orang. Hingga di tengah jalan Nenek menemukan tuan
Serigala sedang bercengkrama dengan Kerudung Merah. Nenek benar-benar sakit
hati. Nenek pun kembali ke rumah mengambil tongkat miliknya lalu bergegas kembali
ke tempat tuan Serigala dan Kerudung Merah berada. Namun sebelum hendak pergi, tuan
Serigala dan Kerudung Merah telah ada di depan pintu. Mereka hendak menjenguk
Nenek. Tapi apa yang diperbuat Nenek pada tuan Serigala?
“...
tuan Serigala dipukul oleh Nenek hingga dia mati. Setelah itu Nenek menangis.
Sejujurnya Nenek tidak ingin tuan Serigala mati. Tapi melihat tuan Serigala
dengan Kerudung Merah membuatnya sakit hati. Jadi Nenek pun harus merelakan
tuan Serigala.”
“Apa
yang terjadi dengan Kerudung Merah, Ma? Dia selamat, kan?” Kuharap Kerudung
Merah baik-baik saja.
Mama
menggeleng. “Kerudung Merah dikurung oleh Nenek di gudang. Bertahun-tahun
Kerudung Merah dibiarkan di sana hingga dia pun juga mati. Tamat.”
Dongeng
yang menyedihkan. Mungkin dongeng yang berikutnya akan berakhir bahagia. Mama
pun mulai menceritakan dongeng tersebut. Dikisahkan Ibu Tiri Cinderella tidak
henti-hentinya menangis setelah Cinderella meninggalkan rumah. Dia merasa telah
dikhianati oleh Cinderella. Padahal dia telah melakukan banyak hal untuk
Cinderella dan dua saudaranya. Dia telah membagikan uang dan telah bekerja
keras untuk mereka. Namun setelah semua itu, mereka justru mengabaikannya. Ibu Tiri
Cinderella sakit hati. Hingga suatu hari saat mereka pulang, Ibu mereka sudah
tidak lagi di rumah. Saat mereka hendak melaporkan kejadian ini ke warga desa,
mereka tidak bisa keluar dari rumah. Rumah dikunci oleh Ibu mereka dari luar.
Setelah itu mulai muncul api dari belakang rumah. Mereka memohon maaf kepada
Ibu mereka, tetapi Ibu mereka telah pergi meninggalkan rumah itu terbakar oleh
bara api.
“...
Ibu Tiri Cinderella menangis saat melakukan itu. Sejujurnya dia sangat
menyayangi keluarganya. Tapi keluarganya tidak satu pun balik menyayanginya.
Karena itu dia merelakan anak-anaknya agar selalu bahagia di dalam rumah. Tamat.”
Sejenak
Ibu menutup buku dongeng tersebut. Dia melihat keluar jendela. Oh, diluar
sangat gelap. Aku bisa melihat petir dari jendela. Apa akan turun hujan? Aku
tidak begitu suka hujan. Hujan selalu membuatku takut. Tapi aku senang Mama
tidak takut hujan. Dia bisa melindungiku dari hujan.
Mama
kembali membuka buku dongeng itu. Ini kisah terakhir dari pilihanku. Aku harap
kali ini akan berakhir bahagia. Kisah ini tentang Ursula si Gurita, nenek sihir
yang berhasil mengubah sirip Ariel menjadi kaki. Berkat usaha itu, Ursula
mendapatkan banyak teman baru. Mereka selalu berbagi pelajaran dan menghabiskan
waktu bersama. Hingga suatu hari teman-teman Ursula mencuri buku rahasia
Ursula. Buku itu berisikan kenangan-kenangan Ursula dengan Ariel, sebelum
duyung kecil itu hidup di darat. Buku itu disobek dan dibuang oleh mereka.
Ketika Ursula menceritakan hal itu kepada Ariel, Ariel tidak begitu keberatan.
Lagipula Ariel masih bisa berkomunikasi dengan Ursula. Tapi tidak dengan Ursula
yang menginginkan kenangan itu kembali. Ursula pun membuat ramuan berbahaya dan
memberikan kepada teman-temannya. Awalnya tidak terjadi apa-apa dengan mereka.
Namun suatu hari mereka tidak lagi datang mengunjungi Ursula.
“...
meskipun ditinggal sendiri, Ursula tetap bahagia. Dengan begini dia hanya perlu
membuat kenangan baru dengan Ariel. Tapi usahanya sia-sia. Ariel menikmati
hidupnya di darat dan melupakan semua tentang laut, termasuk Ursula sendiri.
Tamat.”
Sekarang
hujan sudah datang. Aku bisa mendengarkan kegaduhan diluar. Angin pasti sangat
kencang. Aku ingin segera tidur. Tapi aku tidak bisa. Dongeng yang Mama bacakan
semuanya sangat menyedihkan. Apa mereka semua bernasib begitu karena cinta
mereka yang terlalu berlebihan?
Tiba-tiba
listrik padam. Aku berusaha meraih tangan Mama. Tapi Mama tidak ada di
sebelahku. Aku tadi mendengar Mama akan segera mencari lilin. Kuharap Mama
segera kembali. Setelah kepergian Mama, jendela kamar terbuka. Angin begitu
kencang diluar. Sebenarnya aku sangat takut untuk menutup jendela itu, tapi aku
juga tidak bisa membiarkannya. Segera aku menutup jendela itu. Namun sebelum
aku menutup jendela itu, aku melihat Mama berdiri di depan teras. Dia bersama
seseorang. Apa itu Papa? Aku juga ingin menyambut Papa.
Aku
bergegas keluar rumah. Meskipun aku takut melewati kegelapan ini, tapi tekadku
menemui Papa lebih kuat dari rasa takutku. Tiba di depan pintu aku melihat Mama
sudah ada di teras. Dia melihatku lalu tersenyum.
“Maaf,
ya, Nana. Mama lupa menaruh lilin dimana. Tapi tenang saja, selama Mama ada,
kamu tidak perlu takut.” Mama mengelus puncak kepalaku. Sebelah tangannya
menggenggam pisau. Kenapa Mama membawa benda itu?
“Ma,
itu untuk apa?” Kutunjuk pisau di tangan Mama. Mama hanya membalas dengan
senyuman lembut. Lalu kami berdua kembali masuk ke dalam rumah.
Di
tengah menuju kamar, Mama menceritakan asal ide-ide dari dongeng tadi. “Mama
selalu sayang dengan Papa. Tapi Mama tidak tahu alasan Papa mengkhianati Mama.
Mama pun selalu sayang dengan keluaga Mama. Tapi Mama tidak tahu alasan mereka
selalu mengabaikan Mama. Mama pun selalu sayang dengan teman-teman Mama. Tapi
Mama tidak tahu alasan mereka bertindak kasar dengan Mama. Kira-kira Nana
paham?” Aku menggeleng. Oh, aku lupa Mama tidak bisa melihatku.
“Tidak,
Ma.”
“Itu
artinya Mama ini dibenci sama mereka. Kira-kira Nana tahu, kenapa Mama sampai
dibenci mereka?”
“Tidak,
Ma. Kenapa Mama dibenci mereka? Mama kan’ baik.”
Kami
sudah tiba di kamar. Aku segera meloncat ke atas kasur dan menyelimuti diriku.
Aku tidak tahu, tapi aku agak takut melihat Mama. Aku melihat Mama dibalik
selimut. Oh, sekarang aku tahu, kenapa aku tiba-tiba takut dengan Mama. Foto
milik Mama tadi membuatku sadar. Rere di foto sama persis dengan Mama yang
sekarang. Sedangkan yang kuingat selama ini, Mama memiliki mata cokelat seperti
Kahara. Bukan hitam pekat seperti Rere.
“Mama
bukan Mama-ku?”
Mama
tersenyum ke arahku lalu berkata dengan riang, “Nana pintar!” Mama segera
mengelus puncak kepalaku. “Tadi Mama-mu datang. Katanya dia mau mengambil Nana
dari Mama. Tapi Mama justru mengambil nyawa Mama-mu.” Aku sama sekali tidak
mengerti. Aku hanya bisa memeluk Mama palsu di sampingku. Berharap tidak akan
melihat wajah menyeramkannya. Mama palsu membalas pelukanku.
“Kali
ini Mama akan benar-benar mencintai Nana seperti Mama-mu, Kahara. Mama jamin
itu!” Aku benar-benar takut. Tapi kalau aku lari, Mama pasti kesepian.
“Mama
selama ini kesepian?” Mama tidak menjawab. “Kalau Mama kesepian, Nana akan
selalu bersama dengan Mama. Nana tidak akan meninggalkan Mama seperti Papa,
keluarga Mama, atau teman-teman Mama. Nana bisa jamin itu.”
Sama-samar
aku bisa mendengar Mama tertawa. Aku agak takut, tapi di satu sisi senang Mama
tertawa. Sisi lainnya aku berharap semua dongeng-dongeng yang Mama ceritakan
bukanlah perwujudan dari cinta Mama yang tak berbalas. Karena aku tahu Mama
pasti tulus dan sangat mencintai semua orang. Tapi cinta Mama tidak pernah
berbalas. Orang-orang pasti memanfaatkan Mama. Karena pada dasarnya cinta
mereka kepada Mama itu bersifat sementara. Hanya ingin menerima, tapi tidak
ingin memberi. Selama itu berlangsung akan ada luka yang datang. Luka itu bisa
membekas sementara, tapi juga bisa selamanya. Itu tergantung dari cara Mama atau
aku, dan orang-orang yang bernasib sama menghadapinya.
TAMAT
KURINDU YANG DULU
Ku rindu kita yang dulu
Dimana tak ada malu untuk menyapa
Tak ada ragu untuk bertukar cerita
Kamu tau apa yang paling ku rindukan?
Notif pesan darimu disetiap malamku
Dimana kau tak sungkan untuk bercerita
Hingga semua hal tentangmu aku tau
Dan merasa bahwa aku orang special untukmu
Aku rindu kita yang dulu
Namun kini menyapamu saja aku tak tau harus mulai dari
mana
Aku hanya bisa melihatmu dan tau kamu baik-baik saja
lewat story disosmedmu
Bahkan sangat bahagia melihatmu telah memakai seragam
(TNI) dengan gagah
Aku masih ingat
Bagaimana kamu dengan semangatnya bercerita tentang
mimpimu itu
Hingga aku merasa bosan dengan pembahasan kita yang
itu-itu saja
Namun aku tetap bangga karena pernah menjadi tempat
berkeluh kesahmu
Aku tak tau harus menyalahkan siapa
Aku tak tau harus bagaimana
Apakah aku harus menyalahkan waktu yang begitu cepat
berlalu?
Aku ingin menyapamu lagi
Namun aku merasa tak pantas
Mungkin masa kita telah usai
-Vryniar
Aku
Perahu Kertas Kecil
Alarm keras terus membangunkannya
Bergesa bergegas dan terus bergegas
ia keluar memandangi alam penuh dinamika
Ini seperti berdiri ditepi tebing
Apa yang ku lakukan? Tidak, apa yang harus
kulakukan?
Gema yang tanpa jawaban
Ibarat kertas putih membentuk perahu kecil
Yang akan menjawab gema yang tak terbalaskan
Terapung terapung dan terus terapung
Waktu berlalu dan melewati bunga putih yang hampir
layu
Terapung dalam resah pengembaraannya
Sesekali terguncang, terhempas dan bimbang
Saat tubuhnya mulai basah dan koyak
Sementara waktu tak memberinya kesempatan untuk
berbenah
Akankah dia akan sampai pada tujuan?
Ataukah hancur dan lumat di dalam air jernih yang
penuh tanda tanya
Hingga ia pun tak pernah sempat menyelesaikan perjalanannya
Aku perahu kertas kecil
Menghilang selama perjalanan
Tanpa koordinat
Aku memaksa
~Nurfadila Hamzah,
Makassar, 27/11/2019~
STATISTIKA
Statistika
potret integrasi zaman
Ia
tak pernah tak memiliki hubungan
Selalu
menggubah percobaan dan dugaan
Dan
tentunya lekat dengan permasalahan
Ia
dapat kau percaya tak lekang oleh lesatnya sang warsa
Tak
sebatas angka-angka yang datang dengan leluasa
Kau
akan dibuat tertawa dan menangis oleh data
Hingga
kau sadari kau dikalahkan angka-angka
Tampang
girang akan dibuat tegang
Apa
lantas membuatmu tumpang
Tak
ada yang pantas dijadikan penghalang
Bagi
orang-orang yang memimpikan benderang
Apapun
bisa didapatkan dengan sampling
Meski
berurusan dengan angak yang asing
Tetap
hati-hati jangan sampaiambring
Karena
statistika tak sesempit hitungan kancing
Alpha_09
Anomali
Pertanian Indonesia
Indonesia telah mengikrarkan
kemerdekaannya selama 73 Tahun, semangat revolusi dari para pendiri bangsa
menemani perjalanan berdirinya negeri ini. Tak mudah untuk membangun suatu
bangsa dari keterpurukan seperti yang dialami Indonesia, konflik bersenjata
maupun perang ideologi seakan ikut serta mewarnai sejarah revolusi yang
terjadi. Akan tetapi hal yang miris terjadi, Indonesia harus mengahadapi
ancaman nonmiliter yang menyerang sendi
sendi kehidupan berbangsa,
salah satunya adalah dibidang pertanian.
Indonesia
merupakan negara agraris dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di
bidang pertanian. BPS
(Badan Pusat Statistik) melansir, pekerja di sektor pertanian pada tahun 2018
tercatat 35,7 juta orang atau 28,79 persen dari jumlah penduduk bekerja 124,01
juta jiwa. Hal ini tak lain karena
Indonesia dikaruniai kondisi alam yang mendukung
dengan hamparan lahan yang luas, keragaman hayati yang melimpah, serta beriklim
tropis dimana sinar matahari terjadi sepanjang tahun sehingga bisa menanam
sepanjang tahun. Realita sumberdaya alam seperti ini sewajarnya mampu
membangkitkan Indonesia menjadi negara yang makmur, tercukupi kebutuhan pangan
seluruh warganya.
Realita
rupanya tak sejalan dengan impian kemajuan pertanian
Indonesia, dimana sekarang pertanian di Indonesia
sedang berada di persimpangan jalan.
Apa yang dicita citakan tentang sebuah negara agraris yang maju sepertinya belum bisa digapai. Sektor pertanian yang harusnya menjadi
penggerak roda perekonomian Indonesia.
Menurut guru
besar ilmu ekonomi FEM (Fakultas Ekonomi Manajemen) IPB Prof. Dr. Muhammad
Firdaus, SP, M.Si, "Meskipun akan memasuki 2020, persoalan pembangunan
pertanian di Indonesia masih bersifat klasik. Persoalan itu mencakup masih
belum tercapainya produktivitas potensi untuk sebagian besar komoditas, rantai
tata niaga masih belum efisien dan berkeadilan, serta fluktuasi harga ditingkat
produsen dan konsumen masih tinggi”.
Pada masa lampau, pertanian Indonesia telah mencapai
hasil yang baik dan memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi
Indonesia, termasuk menciptakan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan
secara drastis. Hal ini dicapai dengan memusatkan perhatian
pada bahan-bahan pokok seperti beras, jagung, gula,dan kacang kedelai. Akan
tetapi, dengan adanya penurunan tajam dalam hasil
produktifitas panen dari hampir seluruh jenis bahan pokok, ditambah mayoritas petani yang
bekerja di sawah kurang dari setengah hektar, aktifitas pertanian kehilangan
potensi untuk menciptakan tambahan lapangan pekerjaan dan
peningkatan penghasilan.
Lahirnya revolusi hijau membuka kembali paradigma pertanian di Indonesia dengan
Dewasa ini, terdapat bermacam-macam kesempatan untuk
menunjang pertumbuhan di daerah-daerah seperti sektor produk peternakan,
buah-buahan, sayur-mayur, ikan, lemak, dan minyak. Tetapi konsumsi per kapita
bahan makanan dengan nilai rendah malah menurun. Perubahan inilah yang telah
mendorong perkembangan pesat supermarket, yang mana telah mempengaruhi struktur
produksi pertanian, penyiapan, penanganan, dan pemasaran. Hal yang serupa
terjadi dalam ekspansi pesat hasil pertanian biji coklat, kacang mete, dan biji
kopi. Perkembangan ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk membentuk kerja sama
dengan sektor swasta baik lokal maupun internasional yang menciptakan
kesempatan untuk mengurangi beban penyediaan pelayanan dari badan pemerintah.
Selain
masalah masalah di atas, masalah yang paling krusial adalah berkurangnya sedikit
demi sedikit lahan pertanian yang bisa di olah oleh petani. Banyak lahan yang
dibabat habis untuk ditanami bibit kelapa sawit yang sepertinya lebih dipilih
karena hasil yang lebih menguntungkan daripada bercocok tanam. Sehingga
menggeser lahan yang yang bisa ditanami bahan pangan oleh masyarakat. Selain
daripada berkurangnya lahan untuk bertani, pembukaan lahan kelapa sawit juga
mmperkecil luas hutan yang seharusnya dilindungi.
Dari
beberapa masalah yang ada, layaknya pemerintah harus merekontruksi kembali
kebijakan dan regulasi tentang pertanian di Indonesia. Bukan hanya itu,
pemerintah juga harus mengoptimalkan realisasi dari kebijakan itu sendiri
sehingga pertanian bisa menjadi salah satu penggerak perekonomian Indonesia
menjadi negara maju.
-YUNI RESKI
KASIHAN TANAHKU
Karya: A. Suci. A
Negeriku kaya akan sumber daya alam
Gunung terhampar dimana-mana
Sawah membentang seluas cakrawala jingga
Padi terhampar layaknya permadani yang indah
Bulir keemasaannya sebagai penghidup generasi bangsa
Gemericik air yang tumpah dari alam
Mengalir menguras di kesepian malam
Tanahku berubah menjadi kelam
Membuat para pribumi menjadi diam
Kaihan tanahku…
Yang dulunya permadani hijau tertanam pohon
Sekarang tinggal gedung-gedung berbahan dasarkan beton
Rakyat menjerit kesusahan dirampas tanahnya
Menangis meronta diambil kehidupannya
Merenungi nasib hidupnya
Di tengah kehidupan yang begitu kerasnya
“Hentikan Diammu”
Ketika tak lagi diam
Bukti hebat akan semakin tinggi
Hanya saja dirimu selalu membandingkan kejayaan dan keberhasilan
khayalak yang berhasil menaklukkan mimpi
Hanya saja keinginan tuk bersanding di antara orang orang hebat
Hanya menjadi mimpi
Hiraukan mereka yang ingin menutup mulutmu
Hentikan diammu, ajukan apa yang ingin kau sampaikan
Karena kepercayaan di tiap lembaran usahamu
Pasti akan terwujud
Dikala kau tertidur dengan berharap besok kan baik-baik saja
Tapi ternyata tidak
Itulah yang menantang dr tiap hela nafas
Yang kau hembuskan di bumi ini
Hanya dirimu yang bisa membawa mimpi, keluar dr zona nyamanmu
Bukan orang lain
Hanya keberanian, kepercayaan, agar kau bisa taklukkan tiap ego dalam
dirimu
Usaha tidak sia-sia
Asal kamu punya asa
_ARIF
“BENAR SALAH”
SIAPA YANG MENENTUKAN???
Ada
yang berkata, tidak ada kebenaran mutlak pada manusia, tapi itu semua adalah
pembenaran. Karena katanya kebenaran mutlak hanya milik Tuhan. Jika seperti
itu, artinya juga tidak ada kesalahan mutlak pada manusia. Karena benar dan
salah itu anonim jadi keduanya satu kesatuan. Jika ada benar, akan ada salah.
Jika seperti itu, manusia tidak benar dan tidak salah. Jadi apa yang menentukan
benar salah dari seseorang?
Ada
kalimat yang mengatakan, “Merasa benar itu boleh tapi jangan merasa yang paling
benar, karena yang dianggap benar tidak dibenarkan oleh orang lain”. Jika
demikian, semua orang benar dan semua orang salah. Permasalahan disini ialah
perbedaan sudut pandang dan perbedaan pemahaman dari masing-masing individu.
Contohnya yaitu pelacur. Orang-orang yang bukan pelacur menganggap pelacur itu
salah karena itu adalah pekerjaan yang kotor. Tapi pelacur bisa saja menganggap
pelacur itu hal yang benar dan wajar, karena menganggap itu adalah salah satu
pekerjaannya. Contoh lainnya adalah pengemis. Seorang pengemis membenarkan
perbuatannya karena bisa saja tidak ada pekerjaan yang bisa mereka lakukan
selain mengemis. Sedangkan orang lain akan melihat seorang pengemis sebagai
pekerjaan yang sangat rendah.
Perbedaan
pandangan dan pemahaman ini dapat menjadi hal yang sangat gawat di masyarakat.
Malah dapat terjadi perselisihan. Ada pribahasa yang mengatakan “Lidah itu
bagaikan pedang”. Dan itu sudah terbukti dimana-mana. Hanya karena seseorang
salah paham dengan perkataan yang lain, bisa saja terjadi perselisihan. Apalagi
jika ego nya lebih tinggi dari akalnya, lebih ruwet lagi permasalahannya.
Watak
masing-masing orang itu berbeda. Dan ego nya pun berbeda-beda. Jika orang-orang
berdiskusi dengan mengandalkan ego, maka sudah pasti semua mau benar dan
diskusi tidak akan berkembang. Berbeda dengan jika diskusi dengan
mengesampingkan ego dan mengandalkan pikiran, diskusi itu akan baik-baik saja.
“Manusia
telah berevolusi jadi Tuhan”. Jika dikonotasikan dengan kondisi saat ini. Semua
orang mau yang paling benar, dan tidak ingin salah. Hanya karena tidak setuju
dengan pendapatnya, membenci dan mengutuk lawan bicaranya. Hanya karena
perbedaan pemahaman, perselisihan dimana-mana.
Dunia
pastilah indah dan tentram jika semua orang berpandangan kita semua benar, tapi
bukan yang paling benar. Kita dapat berdebat dengan orang-orang, tapi tidak
sampai membenci individunya. Orang yang sadar akan buruknya perselisihan tidak
akan ingin perselisihan itu terjadi. Dan orang yang sadar akan jeleknya saling
membenci tidak akan mau memulai untuk saling membenci.
Benar
salah seseorang itu menurut penulis sendiri tergantung dari sudut pandang dan
pemahaman individunya. Dan semua yang dilakukan orang lain hanyalah pembenaran
dari dirinya. Tulisan ini pun juga merupakan pembenaran dari si penulis.
Sekian.
_ALIM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar