Selasa, 26 Mei 2020

KARYA PESERTA KEGIATAN KELAS MENULIS

Share it Please

Nama: Andri Yani
“Aksi Dalam Diam”
Ada kata yang tak bisa terucap,  mulut terbungkam dan tak mampu untuk bicara.
Ada rasa yang terpendam , namun tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Dan hati yang ingin  mengeluh, lantas kepada siapa ia hendak mengadu ?
Banyak hal yang harus di tuntaskan tentang beberapa hal yang menjadi tanda Tanya. Akankah, hal itu akan menjadi RAHASIA ? Ada rasa takut, gelisah, dan anggapan akankah hal itu akan mendapat respon atau tidak. Hal inilah yang selalu menjadi problem saat ingin melakukan kejujuran.
Pernahkah kita berfikir ? bahwa dalam kehidupan ini kita sering kali melakukan kebohongan, namun kita enggan untuk mengakuinya. Saya sangat sepakat dengan kalimat Mark Mankson dalam buku ‘Sebuah seni untuk bersikap bodo Amat’. “ Orang hebat adalah orang yang mampu mengakui kesalahannya dan jujur kepada dirinya sendiri  meskipun itu hal  terburuk baginya, dan ia mampu mengatakannya kepada orang lain”. 
Begitu kurangnya orang hebat saat ini yang ingin bersikap seperti itu. Manusia pada saat ini hanya mampu bersandiwara di depan banyak orang merasa negri seperti panggung sandiwara. Negriku saat ini krisis orang-orang hebat. Mereka hanya mampu mendoktrin dengan seribu bahasa unruk membodohi orang lain, negriku saat ini krisis orang hebat yang ingin berjuang demi bangsa dan Negara, yang ingin bekerja demi bangsa dan Negara, yang katanya ingin memperjuangkan hak masyarakat namun faktanya hanya untuk diri pribadi mereka. Mereka berlomba-lomba mendaftarkan diri sebagai pahlawan dalam masyarakat yang mengutarakan janji manis dengan harapan membawa banyak manfaat bagi orang lain. Yang rela harta pribadinya habis untuk menyakinkan bahwa mereka pantas untuk dipilih.  Mereka bersandiwara di depan orang yang lemah, miskin baik dalam hal materi maupun akal pikiran. Mereka yang berharap akan di pandang ketika terpilih, mereka yang rela melihat orang lain saling menjatuhkan, membongkar sedikit demi sedikit aib saudaranya demi suatu jabatan dan kekuasaan. Selamat datang di negri sandiwara.
Kita telah memasuki tahun pemilu yaitu tahun 2019. pada tanggal 17 april mendatang kita sebagai warga negara indonesia yang berusia >17 tahun wajib untuk memilih pemimpin yang telah mengikuti segala yang telah di tetapkan oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum) sebagai calon presiden dan wakil presiden serta calon legislatif lainnya.
Sebagai warga negara yang baik kita seharusnya mengikuti proses kegiatan pemilihan untuk mendapatkan sosok pemimpin yang mampu memimpin negara ini dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan janji-janjinya.
Namun dengan adanya proses kampanye yang dilakukan oleh para calon pemimpin negara, kita perlu melihat dengan baik serta mengkaji lebih dalam mengenai program kerja di dalam menjalankan tugasnya. Akhir-akhir ini banyak para caleg yang berkampanye dengan menggunakan cara yang kurang bijaksana. Misalnya, membagikan sembako kepada masyarakat, money politic, serta hal-hal lain yang menurut pendapat saya itu sama dengan sogokan. Banyak pula kegiatan para caleg yang mengaku-ngaku sebagai keluarga dari masyarakat supaya dapat menarik perhatian.
Disisi lain pada tahun ini, negri kita Indonesia tercinta mendapat musibah yang begitu luar biasa mulai dari akhir 2018 yaitu gempa bumi  di Palu Donggala dan Tsunami di Banten yang memakan ribuan korban jiwa, serta di awal tahun 2019 ini terjadi banjir di Sulawesi-Selatan yaitu di beberapa  kabupaten yaitu Jeneponto, Gowa, Makassar, dan Maros serta daerah-daerah lainnya yang mengalami cuaca ekstrim. Ini merupakan suatu pertanda agar kita lebih hati-hati lagi kedepannya. Dan semoga dengan adanya musibah ini lebih menguatkan keimanan kita.
Ribuan orang dalam sekejap saja bisa hilang, meninggal, dan terluka dengan sapuan air, debu vulkanik, kebakaran, dan bencana lainnya.  Tangisan orang lain yang mengiris hati, tangisan anak kecil yang kehilangan orang tuanya, kerabat, dan harta benda. Ini merupakan peringatan kepada kita semua.
Dan pada saat ini kita lagi berada di akhir tahun 2019, masih banyak kasus yang belum di tuntaskan pada tahun ini dan saat ini kita berada di akhir tahun lagi, dengan wajah pemimpin yang lama dan kabinet-kabinet yang sebagian wajah baru. Harapan saya kedepannya negri ku tercinta lebih baik lagi dari sebelumnya. Pada tulisan ini ku sampaikan beberapa harapan bahwa indonesia akan baik-baik saja di mulai dari kita menciptakan ruang-ruang yang bermanfaat. Boleh kritis bahkan menurut saya suatu keharusan namun, yang perlu kita pahami adalah kritis pada diri sendiri terlebih dahulu. Dan yang pasti tetaplah berkarya.
Saya pernah mendengar kata Aksi adalah keharusan, menurut pribadi saya bahwa aksi bukan hanya di tandai dengan demonstrasi, turun ke jalan, dan bakar ban misalnya. Tapi aksi di sini saya artikan sebagai gerakan ataupun kegiatan yang tujuannya  dapat mengubah kebijakan. Dalam hal ini bisa saja kita dengan diam beraksi misalnya dalam menulis kita dapat mempengaruh psikologi seseorang yang membacanya, jadi aksi dalam diam bukan suatu keadaan yang apatis sebenarnya mereka sangat peduli hanya saja cara mereka dalam menyampaikannya berbeda.







Bedtime Stories
Suatu hari aku terbangun di malam hari. Aku tidak tahu hal yang membuat aku terbangun. Mungkin lebih baik kuberitahu Mama soal ini.
Aku bergegas menuju kamar Mama. Apa Mama masih terbangun? Atau Mama sudah bermimpi indah? Aku ingin di sisi Mama sekarang. Aku tidak punya pilihan selain mengetuk pintu kamar Mama.
“Mama sudah tidur?” Sekali lagi kuketuk pintu.“Mama, Nana masuk, ya.”
Perlahan kubuka pintu kamar Mama. Oh, Mama ada di sana. Dia sedang bercermin sambil mengenakan penutup telinga yang tersambung langsung ke ponsel. Pasti Mama tidak mendengarku karena benda itu. Seketika kupeluk Mama dan saat itu juga Mama berbalik ke arahku. Melepaskan benda yang ada di telinganya. Lalu dia mengelus puncak kepalaku sambil berkata dengan suara lembutnya, “Ada apa, Nana? Kamu bermimpi buruk?”
Aku mengangguk pelan. Tiba-tiba Mama mengangkat tubuhku tinggi-tinggi. Aku senang sekali seperti bisa terbang kemana saja. Setelah itu Mama menjatuhkanku di atas kasur. Aku tidak bisa berhenti tertawa geli melihat wajah Mama yang tersenyum. Aku senang Mama tersenyum karena aku.
“Mau Mama bacakan cerita dongeng?” tawar Mama. Aku mengangguk kuat.
“Cerita dongeng baru!”
Mama tersenyum lalu melangkah keluar kamar. Sebentar lagi Mama pasti kembali membawa dongeng miliknya. Aku sudah tidak sabar. Berkali-kali aku meloncat di atas kasur sampai aku terjungkir di samping tempat tidur. Tanpa sengaja aku menjatuhkan barang-barang di atas meja kecil di samping kasur. Kalau Mama tahu aku bisa dimarahi habis-habisan. Segera kukembalikan barang-barang itu.
Oh, apa ini? Selembar amplop dari Papa. Wah, apa ini surat cinta? Papa pasti menuliskan itu untuk Mama. Karena penasaran dengan isinya, aku membuka surat itu. Semoga Mama akan memaafkan tindakanku. Saat kubuka, hanya ada selembar foto di sana. Anehnya di foto itu ada dua orang yang mirip Mama dan Papa. Ada juga tulisan di belakang foto itu.
“Kahara... Rere... Alla ini pasti Papa. Tapi nama Mama yang mana?” Aku terus melihat foto itu. Tanpa sadar sebuah tangan sudah menarik foto itu dari tanganku. Astaga, itu Mama!
“Mama!” Mama segera menyimpan foto itu. “Maafkan Nana, Mama....”
Mama hanya tersenyum. Senyum Mama terlihat sangat aneh. Apa mungkin Mama marah karena aku melihat foto tadi? Semoga Mama memaafkanku.
Mama menyelimutiku dengan selimut. Lalu dia mulai membuka buku dongeng dengan judul “Dongeng Si Ibu”. Ini pasti dongeng buatan Mama. Aku senang Mama berhasil membuat dongeng. Apa aku bisa tidur nyenyak bila sesenang ini?
“Jadi, kita mulai dari cerita apa?” Mama memperlihatkan judul-judul di dalam buku itu. “Hanya boleh tiga cerita, ya.” Aku mengangguk sebagai jawaban.
Satu per satu kulihat judul-judul unik itu. Aku tertarik dengan tiga judul cerita. Mama pasti mengutipnya dari kisah dongeng di buku lain. Tapi karya Mama pasti jauh lebih baik. Kutunjuk judul yang menarik perhatianku. Kisah itu berjudul “Nenek Kerudung Merah”, “Ibu Tiri Cinderella”, dan “Ursula Si Gurita”.
“Pilihan yang bagus, Nana,” puji Mama sembari mengelus puncak kepalaku. Aku senang sekali dipuji oleh Mama. Kuharap suatu saat Papa juga akan memujiku.
Mama membuka buku dongengnya dan memulai kisah pilihanku. Cerita itu berkisah tentang Nenek dari si Kerudung Merah. Suatu hari Nenek itu bertemu dengan tuan Serigala yang sungguh baik. Tuan Serigala selalu menjenguk dan merawat Nenek yang sakit. Namun suatu ketika, tuan Serigala pun tidak lagi datang. Nenek pun hendak pergi ke kota meminta bantuan orang-orang. Hingga di tengah jalan Nenek menemukan tuan Serigala sedang bercengkrama dengan Kerudung Merah. Nenek benar-benar sakit hati. Nenek pun kembali ke rumah mengambil tongkat miliknya lalu bergegas kembali ke tempat tuan Serigala dan Kerudung Merah berada. Namun sebelum hendak pergi, tuan Serigala dan Kerudung Merah telah ada di depan pintu. Mereka hendak menjenguk Nenek. Tapi apa yang diperbuat Nenek pada tuan Serigala?
“... tuan Serigala dipukul oleh Nenek hingga dia mati. Setelah itu Nenek menangis. Sejujurnya Nenek tidak ingin tuan Serigala mati. Tapi melihat tuan Serigala dengan Kerudung Merah membuatnya sakit hati. Jadi Nenek pun harus merelakan tuan Serigala.”
“Apa yang terjadi dengan Kerudung Merah, Ma? Dia selamat, kan?” Kuharap Kerudung Merah baik-baik saja.
Mama menggeleng. “Kerudung Merah dikurung oleh Nenek di gudang. Bertahun-tahun Kerudung Merah dibiarkan di sana hingga dia pun juga mati. Tamat.”
Dongeng yang menyedihkan. Mungkin dongeng yang berikutnya akan berakhir bahagia. Mama pun mulai menceritakan dongeng tersebut. Dikisahkan Ibu Tiri Cinderella tidak henti-hentinya menangis setelah Cinderella meninggalkan rumah. Dia merasa telah dikhianati oleh Cinderella. Padahal dia telah melakukan banyak hal untuk Cinderella dan dua saudaranya. Dia telah membagikan uang dan telah bekerja keras untuk mereka. Namun setelah semua itu, mereka justru mengabaikannya. Ibu Tiri Cinderella sakit hati. Hingga suatu hari saat mereka pulang, Ibu mereka sudah tidak lagi di rumah. Saat mereka hendak melaporkan kejadian ini ke warga desa, mereka tidak bisa keluar dari rumah. Rumah dikunci oleh Ibu mereka dari luar. Setelah itu mulai muncul api dari belakang rumah. Mereka memohon maaf kepada Ibu mereka, tetapi Ibu mereka telah pergi meninggalkan rumah itu terbakar oleh bara api.
“... Ibu Tiri Cinderella menangis saat melakukan itu. Sejujurnya dia sangat menyayangi keluarganya. Tapi keluarganya tidak satu pun balik menyayanginya. Karena itu dia merelakan anak-anaknya agar selalu bahagia di dalam rumah. Tamat.”
Sejenak Ibu menutup buku dongeng tersebut. Dia melihat keluar jendela. Oh, diluar sangat gelap. Aku bisa melihat petir dari jendela. Apa akan turun hujan? Aku tidak begitu suka hujan. Hujan selalu membuatku takut. Tapi aku senang Mama tidak takut hujan. Dia bisa melindungiku dari hujan.
Mama kembali membuka buku dongeng itu. Ini kisah terakhir dari pilihanku. Aku harap kali ini akan berakhir bahagia. Kisah ini tentang Ursula si Gurita, nenek sihir yang berhasil mengubah sirip Ariel menjadi kaki. Berkat usaha itu, Ursula mendapatkan banyak teman baru. Mereka selalu berbagi pelajaran dan menghabiskan waktu bersama. Hingga suatu hari teman-teman Ursula mencuri buku rahasia Ursula. Buku itu berisikan kenangan-kenangan Ursula dengan Ariel, sebelum duyung kecil itu hidup di darat. Buku itu disobek dan dibuang oleh mereka. Ketika Ursula menceritakan hal itu kepada Ariel, Ariel tidak begitu keberatan. Lagipula Ariel masih bisa berkomunikasi dengan Ursula. Tapi tidak dengan Ursula yang menginginkan kenangan itu kembali. Ursula pun membuat ramuan berbahaya dan memberikan kepada teman-temannya. Awalnya tidak terjadi apa-apa dengan mereka. Namun suatu hari mereka tidak lagi datang mengunjungi Ursula.
“... meskipun ditinggal sendiri, Ursula tetap bahagia. Dengan begini dia hanya perlu membuat kenangan baru dengan Ariel. Tapi usahanya sia-sia. Ariel menikmati hidupnya di darat dan melupakan semua tentang laut, termasuk Ursula sendiri. Tamat.”
Sekarang hujan sudah datang. Aku bisa mendengarkan kegaduhan diluar. Angin pasti sangat kencang. Aku ingin segera tidur. Tapi aku tidak bisa. Dongeng yang Mama bacakan semuanya sangat menyedihkan. Apa mereka semua bernasib begitu karena cinta mereka yang terlalu berlebihan?
Tiba-tiba listrik padam. Aku berusaha meraih tangan Mama. Tapi Mama tidak ada di sebelahku. Aku tadi mendengar Mama akan segera mencari lilin. Kuharap Mama segera kembali. Setelah kepergian Mama, jendela kamar terbuka. Angin begitu kencang diluar. Sebenarnya aku sangat takut untuk menutup jendela itu, tapi aku juga tidak bisa membiarkannya. Segera aku menutup jendela itu. Namun sebelum aku menutup jendela itu, aku melihat Mama berdiri di depan teras. Dia bersama seseorang. Apa itu Papa? Aku juga ingin menyambut Papa.
Aku bergegas keluar rumah. Meskipun aku takut melewati kegelapan ini, tapi tekadku menemui Papa lebih kuat dari rasa takutku. Tiba di depan pintu aku melihat Mama sudah ada di teras. Dia melihatku lalu tersenyum.
“Maaf, ya, Nana. Mama lupa menaruh lilin dimana. Tapi tenang saja, selama Mama ada, kamu tidak perlu takut.” Mama mengelus puncak kepalaku. Sebelah tangannya menggenggam pisau. Kenapa Mama membawa benda itu?
“Ma, itu untuk apa?” Kutunjuk pisau di tangan Mama. Mama hanya membalas dengan senyuman lembut. Lalu kami berdua kembali masuk ke dalam rumah.
Di tengah menuju kamar, Mama menceritakan asal ide-ide dari dongeng tadi. “Mama selalu sayang dengan Papa. Tapi Mama tidak tahu alasan Papa mengkhianati Mama. Mama pun selalu sayang dengan keluaga Mama. Tapi Mama tidak tahu alasan mereka selalu mengabaikan Mama. Mama pun selalu sayang dengan teman-teman Mama. Tapi Mama tidak tahu alasan mereka bertindak kasar dengan Mama. Kira-kira Nana paham?” Aku menggeleng. Oh, aku lupa Mama tidak bisa melihatku.
“Tidak, Ma.”
“Itu artinya Mama ini dibenci sama mereka. Kira-kira Nana tahu, kenapa Mama sampai dibenci mereka?”
“Tidak, Ma. Kenapa Mama dibenci mereka? Mama kan’ baik.”
Kami sudah tiba di kamar. Aku segera meloncat ke atas kasur dan menyelimuti diriku. Aku tidak tahu, tapi aku agak takut melihat Mama. Aku melihat Mama dibalik selimut. Oh, sekarang aku tahu, kenapa aku tiba-tiba takut dengan Mama. Foto milik Mama tadi membuatku sadar. Rere di foto sama persis dengan Mama yang sekarang. Sedangkan yang kuingat selama ini, Mama memiliki mata cokelat seperti Kahara. Bukan hitam pekat seperti Rere.
“Mama bukan Mama-ku?”
Mama tersenyum ke arahku lalu berkata dengan riang, “Nana pintar!” Mama segera mengelus puncak kepalaku. “Tadi Mama-mu datang. Katanya dia mau mengambil Nana dari Mama. Tapi Mama justru mengambil nyawa Mama-mu.” Aku sama sekali tidak mengerti. Aku hanya bisa memeluk Mama palsu di sampingku. Berharap tidak akan melihat wajah menyeramkannya. Mama palsu membalas pelukanku.
“Kali ini Mama akan benar-benar mencintai Nana seperti Mama-mu, Kahara. Mama jamin itu!” Aku benar-benar takut. Tapi kalau aku lari, Mama pasti kesepian.
“Mama selama ini kesepian?” Mama tidak menjawab. “Kalau Mama kesepian, Nana akan selalu bersama dengan Mama. Nana tidak akan meninggalkan Mama seperti Papa, keluarga Mama, atau teman-teman Mama. Nana bisa jamin itu.”
Sama-samar aku bisa mendengar Mama tertawa. Aku agak takut, tapi di satu sisi senang Mama tertawa. Sisi lainnya aku berharap semua dongeng-dongeng yang Mama ceritakan bukanlah perwujudan dari cinta Mama yang tak berbalas. Karena aku tahu Mama pasti tulus dan sangat mencintai semua orang. Tapi cinta Mama tidak pernah berbalas. Orang-orang pasti memanfaatkan Mama. Karena pada dasarnya cinta mereka kepada Mama itu bersifat sementara. Hanya ingin menerima, tapi tidak ingin memberi. Selama itu berlangsung akan ada luka yang datang. Luka itu bisa membekas sementara, tapi juga bisa selamanya. Itu tergantung dari cara Mama atau aku, dan orang-orang yang bernasib sama menghadapinya.
TAMAT







KURINDU YANG DULU


Ku rindu kita yang dulu
Dimana tak ada malu untuk menyapa
Tak ada ragu untuk bertukar cerita

Kamu tau apa yang paling ku rindukan?
Notif pesan darimu disetiap malamku
Dimana kau tak sungkan untuk bercerita
Hingga semua hal tentangmu aku tau
Dan merasa bahwa aku orang special untukmu

Aku rindu kita yang dulu
Namun kini menyapamu saja aku tak tau harus mulai dari mana
Aku hanya bisa melihatmu dan tau kamu baik-baik saja lewat story disosmedmu
Bahkan sangat bahagia melihatmu telah memakai seragam (TNI) dengan gagah

Aku masih ingat
Bagaimana kamu dengan semangatnya bercerita tentang mimpimu itu
Hingga aku merasa bosan dengan pembahasan kita yang itu-itu saja
Namun aku tetap bangga karena pernah menjadi tempat berkeluh kesahmu

Aku tak tau harus menyalahkan siapa
Aku tak tau harus bagaimana
Apakah aku harus menyalahkan waktu yang begitu cepat berlalu?
Aku ingin menyapamu lagi
Namun aku merasa tak pantas
Mungkin masa kita telah usai

-Vryniar





Aku Perahu Kertas Kecil


Alarm keras terus membangunkannya
Bergesa bergegas dan terus bergegas
ia keluar memandangi alam penuh dinamika
Ini seperti berdiri ditepi tebing
Apa yang ku lakukan? Tidak, apa yang harus kulakukan?
Gema yang tanpa jawaban

Ibarat kertas putih membentuk perahu kecil
Yang akan menjawab gema yang tak terbalaskan
Terapung terapung dan terus terapung
Waktu berlalu dan melewati bunga putih yang hampir layu

Terapung dalam resah pengembaraannya
Sesekali terguncang, terhempas dan bimbang
Saat tubuhnya mulai basah dan koyak
Sementara waktu tak memberinya kesempatan untuk berbenah
Akankah dia akan sampai pada tujuan?
Ataukah hancur dan lumat di dalam air jernih yang penuh tanda tanya
Hingga ia pun tak pernah sempat  menyelesaikan perjalanannya

Aku perahu kertas kecil
Menghilang selama perjalanan
Tanpa koordinat
Aku memaksa


~Nurfadila Hamzah, Makassar, 27/11/2019~



 STATISTIKA
Statistika potret integrasi zaman
Ia tak pernah tak memiliki hubungan
Selalu menggubah percobaan dan dugaan
Dan tentunya lekat dengan permasalahan

Ia dapat kau percaya tak lekang oleh lesatnya sang warsa
Tak sebatas angka-angka yang datang dengan leluasa
Kau akan dibuat tertawa dan menangis oleh data
Hingga kau sadari kau dikalahkan angka-angka

Tampang girang akan dibuat tegang
Apa lantas membuatmu tumpang
Tak ada yang pantas dijadikan penghalang
Bagi orang-orang yang memimpikan benderang

Apapun bisa didapatkan dengan sampling
Meski berurusan dengan angak yang asing
Tetap hati-hati jangan sampaiambring
Karena statistika tak sesempit hitungan kancing


                                                                                               Alpha_09





Anomali Pertanian Indonesia
Indonesia telah mengikrarkan kemerdekaannya selama 73 Tahun, semangat revolusi dari para pendiri bangsa menemani perjalanan berdirinya negeri ini. Tak mudah untuk membangun suatu bangsa dari keterpurukan seperti yang dialami Indonesia, konflik bersenjata maupun perang ideologi seakan ikut serta mewarnai sejarah revolusi yang terjadi. Akan tetapi hal yang miris terjadi, Indonesia harus mengahadapi ancaman nonmiliter yang menyerang sendi sendi kehidupan berbangsa, salah satunya adalah dibidang pertanian.
Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. BPS (Badan Pusat Statistik) melansir, pekerja di sektor pertanian pada tahun 2018 tercatat 35,7 juta orang atau 28,79 persen dari jumlah penduduk bekerja 124,01 juta jiwa. Hal ini tak lain karena Indonesia dikaruniai kondisi alam yang mendukung dengan hamparan lahan yang luas, keragaman hayati yang melimpah, serta beriklim tropis dimana sinar matahari terjadi sepanjang tahun sehingga bisa menanam sepanjang tahun. Realita sumberdaya alam seperti ini sewajarnya mampu membangkitkan Indonesia menjadi negara yang makmur, tercukupi kebutuhan pangan seluruh warganya.
Realita rupanya tak sejalan dengan impian kemajuan pertanian Indonesia, dimana sekarang pertanian di Indonesia sedang berada di persimpangan jalan. Apa yang dicita citakan tentang sebuah negara agraris yang maju sepertinya belum bisa digapai. Sektor pertanian yang harusnya menjadi penggerak roda perekonomian Indonesia.
Menurut guru besar ilmu ekonomi FEM (Fakultas Ekonomi Manajemen) IPB Prof. Dr. Muhammad Firdaus, SP, M.Si, "Meskipun akan memasuki 2020, persoalan pembangunan pertanian di Indonesia masih bersifat klasik. Persoalan itu mencakup masih belum tercapainya produktivitas potensi untuk sebagian besar komoditas, rantai tata niaga masih belum efisien dan berkeadilan, serta fluktuasi harga ditingkat produsen dan konsumen masih tinggi”.
Pada masa lampau, pertanian Indonesia telah mencapai hasil yang baik dan memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk menciptakan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan secara drastis. Hal ini dicapai dengan memusatkan perhatian pada bahan-bahan pokok seperti beras, jagung, gula,dan kacang kedelai. Akan tetapi, dengan adanya penurunan tajam dalam  hasil produktifitas panen dari hampir seluruh jenis bahan pokok, ditambah mayoritas petani yang bekerja di sawah kurang dari setengah hektar, aktifitas pertanian kehilangan potensi untuk menciptakan tambahan lapangan pekerjaan dan peningkatan penghasilan. Lahirnya revolusi hijau membuka kembali paradigma pertanian di Indonesia dengan
Dewasa ini, terdapat bermacam-macam kesempatan untuk menunjang pertumbuhan di daerah-daerah seperti sektor produk peternakan, buah-buahan, sayur-mayur, ikan, lemak, dan minyak. Tetapi konsumsi per kapita bahan makanan dengan nilai rendah malah menurun. Perubahan inilah yang telah mendorong perkembangan pesat supermarket, yang mana telah mempengaruhi struktur produksi pertanian, penyiapan, penanganan, dan pemasaran. Hal yang serupa terjadi dalam ekspansi pesat hasil pertanian biji coklat, kacang mete, dan biji kopi. Perkembangan ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk membentuk kerja sama dengan sektor swasta baik lokal maupun internasional yang menciptakan kesempatan untuk mengurangi beban penyediaan pelayanan dari badan pemerintah.
Selain masalah masalah di atas, masalah yang paling krusial adalah berkurangnya sedikit demi sedikit lahan pertanian yang bisa di olah oleh petani. Banyak lahan yang dibabat habis untuk ditanami bibit kelapa sawit yang sepertinya lebih dipilih karena hasil yang lebih menguntungkan daripada bercocok tanam. Sehingga menggeser lahan yang yang bisa ditanami bahan pangan oleh masyarakat. Selain daripada berkurangnya lahan untuk bertani, pembukaan lahan kelapa sawit juga mmperkecil luas hutan yang seharusnya dilindungi.
Dari beberapa masalah yang ada, layaknya pemerintah harus merekontruksi kembali kebijakan dan regulasi tentang pertanian di Indonesia. Bukan hanya itu, pemerintah juga harus mengoptimalkan realisasi dari kebijakan itu sendiri sehingga pertanian bisa menjadi salah satu penggerak perekonomian Indonesia menjadi negara maju.
 -YUNI RESKI



KASIHAN TANAHKU
Karya: A. Suci. A

Negeriku kaya akan sumber daya alam
Gunung terhampar dimana-mana
Sawah membentang seluas cakrawala jingga
Padi terhampar layaknya permadani yang indah
Bulir keemasaannya sebagai penghidup generasi bangsa

Gemericik air yang tumpah dari alam
Mengalir menguras di kesepian malam
Tanahku berubah menjadi kelam
Membuat para pribumi menjadi diam

Kaihan tanahku…
Yang dulunya permadani hijau tertanam pohon
Sekarang tinggal gedung-gedung berbahan dasarkan beton

Rakyat menjerit kesusahan dirampas tanahnya
Menangis meronta diambil kehidupannya
Merenungi nasib hidupnya
Di tengah kehidupan yang begitu kerasnya




“Hentikan Diammu”
Ketika tak lagi diam
Bukti hebat akan semakin tinggi
Hanya saja dirimu selalu membandingkan kejayaan dan keberhasilan khayalak yang berhasil menaklukkan mimpi
Hanya saja keinginan tuk bersanding di antara orang orang hebat
Hanya menjadi mimpi

Hiraukan mereka yang ingin menutup mulutmu
Hentikan diammu, ajukan apa yang ingin kau sampaikan
Karena kepercayaan di tiap lembaran usahamu
Pasti akan terwujud

Dikala kau tertidur dengan berharap besok kan baik-baik saja
Tapi ternyata tidak
Itulah yang menantang dr tiap hela nafas
Yang kau hembuskan di bumi ini

Hanya dirimu yang bisa membawa mimpi, keluar dr zona nyamanmu
Bukan orang lain
Hanya keberanian, kepercayaan, agar kau bisa taklukkan tiap ego dalam dirimu

Usaha tidak sia-sia
Asal kamu punya asa
 _ARIF


“BENAR SALAH”
SIAPA YANG MENENTUKAN???

Ada yang berkata, tidak ada kebenaran mutlak pada manusia, tapi itu semua adalah pembenaran. Karena katanya kebenaran mutlak hanya milik Tuhan. Jika seperti itu, artinya juga tidak ada kesalahan mutlak pada manusia. Karena benar dan salah itu anonim jadi keduanya satu kesatuan. Jika ada benar, akan ada salah. Jika seperti itu, manusia tidak benar dan tidak salah. Jadi apa yang menentukan benar salah dari seseorang?
Ada kalimat yang mengatakan, “Merasa benar itu boleh tapi jangan merasa yang paling benar, karena yang dianggap benar tidak dibenarkan oleh orang lain”. Jika demikian, semua orang benar dan semua orang salah. Permasalahan disini ialah perbedaan sudut pandang dan perbedaan pemahaman dari masing-masing individu. Contohnya yaitu pelacur. Orang-orang yang bukan pelacur menganggap pelacur itu salah karena itu adalah pekerjaan yang kotor. Tapi pelacur bisa saja menganggap pelacur itu hal yang benar dan wajar, karena menganggap itu adalah salah satu pekerjaannya. Contoh lainnya adalah pengemis. Seorang pengemis membenarkan perbuatannya karena bisa saja tidak ada pekerjaan yang bisa mereka lakukan selain mengemis. Sedangkan orang lain akan melihat seorang pengemis sebagai pekerjaan yang sangat rendah.
Perbedaan pandangan dan pemahaman ini dapat menjadi hal yang sangat gawat di masyarakat. Malah dapat terjadi perselisihan. Ada pribahasa yang mengatakan “Lidah itu bagaikan pedang”. Dan itu sudah terbukti dimana-mana. Hanya karena seseorang salah paham dengan perkataan yang lain, bisa saja terjadi perselisihan. Apalagi jika ego nya lebih tinggi dari akalnya, lebih ruwet lagi permasalahannya.
Watak masing-masing orang itu berbeda. Dan ego nya pun berbeda-beda. Jika orang-orang berdiskusi dengan mengandalkan ego, maka sudah pasti semua mau benar dan diskusi tidak akan berkembang. Berbeda dengan jika diskusi dengan mengesampingkan ego dan mengandalkan pikiran, diskusi itu akan baik-baik saja.
“Manusia telah berevolusi jadi Tuhan”. Jika dikonotasikan dengan kondisi saat ini. Semua orang mau yang paling benar, dan tidak ingin salah. Hanya karena tidak setuju dengan pendapatnya, membenci dan mengutuk lawan bicaranya. Hanya karena perbedaan pemahaman, perselisihan dimana-mana.
Dunia pastilah indah dan tentram jika semua orang berpandangan kita semua benar, tapi bukan yang paling benar. Kita dapat berdebat dengan orang-orang, tapi tidak sampai membenci individunya. Orang yang sadar akan buruknya perselisihan tidak akan ingin perselisihan itu terjadi. Dan orang yang sadar akan jeleknya saling membenci tidak akan mau memulai untuk saling membenci.
Benar salah seseorang itu menurut penulis sendiri tergantung dari sudut pandang dan pemahaman individunya. Dan semua yang dilakukan orang lain hanyalah pembenaran dari dirinya. Tulisan ini pun juga merupakan pembenaran dari si penulis. Sekian.
_ALIM


Tidak ada komentar:

Posting Komentar