Is
that Human?
Tulisan
ini adalah salah satu bentuk upaya penulis dalam mengimplementasikan teori
pengetahuan tentang “manusia” yang bersumber dari beberapa gagasan radikal,
serta dalam tulisan ini, semua sedut pandang tentang hakikat manusia itu berlaku
dan akan di benturkan dengan dua sisi, baik dari sisi positif maupun sisi
negatifnya.
Tulisan
ini tidak akan secara langsung memberikan penilaian terhadap beberapa argumen
bahwa “inilah yang benar”!!!, melainkan disini kita akan sama-sama mengkaji
gagasan-gagasan tersebut yang sifatnya masih dalam bentuk teori. Jadi penilaian
benar salahnya suatu teori yang ada pada tulisan ini akan dikembalikan kepada
sipembaca.
Apa
itu manusia? Atau siapa itu manusia?
Terkadang
ini menjadi pertanyaan yang paling sering diajukan oleh orang-orang diluar sana
dalam hal menguji pengetahuan kita dalam mengenal diri (manusia), namun
terkadang juga tak banyak orang yang mampu menjelaskan eksistensi dirinya
dengan baik, atau bisa dibilang jawaban spontanitas yang muncul dan menjelaskan
dirinya, atau bahkan mungkin malas untuk menjawab. maka dari itu saya mungkin
akan membantu meskipun itu tidak banyak, tapi saya akan membantu dalam
menjelaskan dan menunjukkan apa itu manusia dan siapakah dia dalam berbagai
pandangan, sehingga memungkinkan akan banyak “definisi” tentang manusia yang
hadir.
Kita
berangkat dari buku RUTGER BREGMAN dengan bukunya yang berjudul “Human Kind,
sejarah penuh harapan”, beliuau merupakan seorang penulis dan juga sejarawan kelahiran
26 april 1988 asal belanda, westersschouwen. Dalam bukunya tersebut kita yang
sekarang ini adalah HOMO SAPIENS atau yang sering disebutnya dengan HOMO PUPPY.
Lantas pertanyaan yang muncul siapa homo puppy ini?, mahluk yang selalu
mengatakan dirinya begitu unik, berkdudukan istimewa, lebih baik, cerdas, dan
unggul dibanding semua mahluk hidup lain atau bisa dibilang puncak penciptaan,
itulah homo puppy. Muncul pertanyaan lain mengapa dia langsung mengklaim bahwa
dialah yang menduduki posisi puncak tertinggi pada penciptaan mahluk hidup? Jawabannya
sangat singkat, yaitu karena semuanya sudah bagian dari rencana ILAHI[1].
Dan jawaban inilah yang sudah dari dulu dipegang oleh manusia. Yang selanjutnya
dikritik oleh rutger bahwa kenyataan pahitnya kita adalah mahluk yang
menganggap dirinya begitu unik, juga produk dari proses membuta bernama evolusi
yang kemudian dikenal sebagai primata, kita bahkan punya sepupu spesies-spesies
hominin lain yang kemudian hilang secara misterius. Ujar rutger bregman.
Disisi
lain, masih banyak juga yang masih berpegang terhadap teorinya Darwin. Siapa
yang tidak kenal Charles Darwin? Begitupun dengan taori evolusinya?. Namun
sedikit merefleksi kepada para pembaca, Darwin atau dengan nama lengkapnya
Charles Robert Darwin (lahir di inggris 12 desember 1809) yang merupakan
seorang naturalis inggris.
Pernyataan
Darwin yang mendukung bahwa manusia dapat dijelaskan jika kita merujuk ke teori
bagaimana manusia berevolusi dari sejenis mahluk yang mirip kera, selama proses
evolusi yang di duga telah dimulai dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu,
dijelaskan bahwa beberapa bentuk peralihan antara manusia modern dan nenek
moyangnya yang ditetapkan menjadi empat kelompok dasar yaitu,
AUSTRALOPHITHECINES, HOMO HIBILIS, HOMO ERECTUS, HOMO SAPIENS. Dari teori
evolusi manusia, genus HOMO yaitu “manusia”, mahluk hidup dalam kelompok homo
lebih berkembang dari pada australophithecus, manusia modern saat ini ialah
homo sapiens, dikatakan telah terbentuk pada tahapan evolusi akhir dari genus
homo[2].
Itulah manusia menurut Darwin.
Sedangkan
manusia dalam perspektif agama islam, pada hakikatnya sebagai salah satu mahluk
ciptaan allah SWT, bahwa allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian jadi
nutfiah, alaqah, dan mudgah sehingga menjadi mahluk allah SWT yang paling
sempurna dan dengan tugas-tugas yang di embannya[3].
Yaitu sebagai khalifah di bumi atau bisa
dikatakan untuk menguasai bumi. Proses penciptaan manusia sendiri dalam
perspektif islam itu mempunyai penjelasan dari setiap tahapan-tahapannya sampai
pada akhirnya benar-benar menjadi manusia yang lebih sempurna dibanding dengan
mahluk lain. Dalam al-qur’an ada 3 kata yang sering digunakan untuk menunjukkan
arti manusia, yaitu insan, basyar dan bani adam. Kata insan merupakan kata yang
digunakan pada manusia yg tunggal, sedangkan jamaknya annas, insan ialah dia
yang menggunakan akal budinya dalam kehidupan atau merujuk pada keadaan fitrah
manusia yang lembut, harmoni, bijaksana, maka dari itu insan erat kaitannya
dengan manusia[4].
kemuadian basyar, merujuk pada sisi biologis manusia yang memiliki nafsu.
kemudian bani adam merujuk pada susunan nazabnya ke nabi adam a.s.
Beberapa
gagasan diatas menjelaskan tentang definisi manusia dari berbagai sudut
pandang, yaitu rutger berdasrkan sudut orang yang realistis, Darwin berdasarkan
sudut pandang evolusinya (sains) dan terkahir dari sudut pandang agama islam
secara universal. Jikalau saya menghubungkan makna yang ingin disampaikan oleh
masing-masing teori diatas, bahwa manusia adalah bukan mereka yang mempunyai
fisik saja, tetapi yang didalamnya terdapat sesuatu yang menggerakkannya (ruh)
serta dianugrahi akal yang menjadikan manusia unik, istimewa yang tidak semua
mahluk memilikinya dan akal lah sebagai pembeda manusia dengan mahluk lainnya.
Itulah manusia, yahhh seperti itulah manusia, singkatnya.
Bagaimana
sifat manusia? Apakah sifat manusia berasal dari jiwanya?
Selanjutnya
diatas terdapat dua pertanyaan beruntun dan untuk menjawabnya saya akan
memberikan lagi beberapa referensi yang mungkin akan berhubungan dengan
pertanyaan tersebut.
“manusia
itu akan menjadi lebih baik ketika anda menunjukkan kepadanya seperti apakah
dia” (anton Chekhov), ungkap anton agar kita dapat mengerti sifat manusia. beberapa
orang mungkin tidak langsung mengerti apa makna yang ingin disampaikan oleh si
anton ini, maka dari itu saya di sini akan mencoba menyederhanakan bahasa dan
mengungkap maknanya. Saya meng-analogikan bahwa si anton ini dia percaya bahwa
manusia itu baik, agar manusia lain juga ikut menjadi baik, maka si anton ini
harus menunjukkan sisi baiknya bahwa seperti inilah manusia itu, entah
ditunjukkan berdasarkan perilaku ataupun sifat yang seharusnya hanya dimiliki
oleh manusia. Dan memang pernyataan yang dibuat anton diatas ada benarnya bahwa
untuk membuat manusia lebih baik, kita harus menunjukkan kepada-nya(manusia)
seperti apa dirinya. Sehingga dikatakan sebagai manusia.
Dalam
buku “human kind” karya Rutger Bregman terdapat sebuah kisah seorang kakek yang
berkata kepada cucunya : ada pertarungan yang sedang berlangsung dalam diriku,
pertarungan sengit antara dua serigala, satu jahat, tamak, iri, angkuh dan
pengecut. Satunya lagi baik, damai, murah hati, dan jujur. Kedua serigala juga
bertarung dalam dirimu dan dalam diri semua orang, cucunya seketika bertanya,
serigala manakah yang akan menang?, serigala yang akan menang adalah serigala
yang kau beri makan, ucap si kakek[5].
Makna yang ingin disampaikan dari cerita ini adalah di setiap diri manusia
terdapat dua serigala yang sering bertarung dan yang bertarung itu adalah sifat-sifat
yang dimiliki manusia, antara sifat baik dan sifat buruk dan yang akan
mendominasi nantinya ialah yang sifat yang selalu kita berikan atau tunjukkan
kepada semua mahluk.
Dalam
kajian Ust. Dr. Fahruddin Faiz, yang judulnya unsur dasar menjadi manusia,
beliau berkata sebenarnya terdapat empat unsur atau sifat sehingga kita bisa
dikatakan sukses menjadi manusia. Yaitu punya rasa simpati, rasa malu, rendah
hati, rasa bersalah. Manusia harus punya rasa simpati maksudnya itu kita
mencoba merasakan apa yang orang lain rasakan, ketika ada bencana yang menimpa
seseorang kita ikut merasakan kesedihannya dan sebisa mungkin ikut membantu,
itu yang namanya simpati. Kemudian rasa malu, sebagai manusia kita harus punya
yang namanya rasa malu, malu dalam berbuat jahat, malu berlaku tidak adil dan
bijaksana kepada diri sendiri maupun orang lain. Selanjutnya rendah hati,
rendah hati bukan berarti bersikap lemah, justru rendah hati harus dimiliki
oleh manusia agar manusia dapat berpegang teguh pada keadilan. Yang terakhir
yaitu rasa bersalah, jangan sampai sebagai manusia kita kehilangan yang
anamanya rasa bersalah, karena manusia adalah tempatnya kesalahan dan khilaf
maka dari itu, milikilah rasa bersalah dan mohon ampun atas kesalahan tersebut.
Apa fitrah
atau sifat alami yang dimiliki manusia? Yang menandakan bahwa dirinya
benar-benar manusia.
Secara
etimologi, Fitrah berari al-khilqah (naluri, pembawaan) dan al-thabȋ’ah (tabiat, watak, karakter)
yang diciptakan Allah swt pada manusia. Fitrah juga terambil dari kata al-fathr
yang berarti syaq (belahan). Dari makna ini lahir makna-makna lain, antara lain
pencipta atau kejadian. Berbagi interpretasi tentang makna fitrah yaitu :
Fitrah berarti Suci (thuhr), Fitrah berarti Islamm (dienul Islam), Fitrah
berarti mengakui ke-Esa-an tuhan (at-tauhid),
Fitrah berarti murni (al-ikhlash), Fitrah berarti kondisi penciptaan
manusia yang mempunyai kecenderungan untuk menerima kebenaran, Fitrah berarti
ketetapan atau kejadian asal manusia mengenai kebahagiaan dan kesesatannya,
Fitrah berarti tabiat alami yang dimiliki manusia (human nature).[6]
Secara
terminologinya, Fitrah adalah kondisi yang membuat manusia berkeinginan suci
daan secara kodrati cenderung kepada kebenaran (hanief), sedangkan pelengkapnya
adalah dhamȋr
(hati nurani) sebagai pancaran keinginan kepada kebaikan, kesucian, dan
kebenaran. Disinilah tampak bahwa tujuan hidup manusia adakah dari, oleh dan
untuk kebenaran yang mutlak yaitu
kebenaran yang terakhir dan kebenaran Tuhan karena kenenaran Tuhan merupakan
asal dan tujuan dari segala kenyataan. Namun tidak menutup kemungkinan manusia juga bisa berbalik
arah dari pada fitrahnya, menuju keburukan atau kesesatan. Kurang lebih seperti
inilah penjelasan terkait fitrah manusia.
Berbicara
tentang sifat alami manusia, itu berarti kita sama-sama akan membahas tentang
“etika” yaitu baik dan buruk.
Secara
etimologi kata “etika” berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata
yaitu Ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak kebiasaan, tempat yang
biasa. Ethikos berarti susila, keadaban, kelakuan dan perbuatan yang baik[7], Sedangkan
dalam bahasa Arab kata etika dikenal dengan istilah akhlak, artinya budi
pekerti. Sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut tata susila. Secara
terminologi etika bisa disebut sebagai teori tentang baik dan buruk atau kata
lainnya ialah teori tentang nilai.
Dalam
Islam teori nilai mengenal lima kategori baik-buruk, yaitu baik sekali, baik,
netral, buruk dan buruk sekali. Nilai ditentukan oleh Tuhan. Dalam arti ini,
etika sangat berhubungan dengan kebiasaan hidup manusia, yang ditunjukkan itu
dari perilaku dan karakter yang baik dan dimiliki oleh manusia. Etika sama
dengan ilmu normatif, karena didalamnya mengandung norma dan nilai-nilai yang
akan digunakan dalam kehidupan. Sebagian orang menyebut etika dengan moral atau
budi pekerti. ilmu etika adalah ilmu yang mencari keselarasan
perbuatan-perbuatan manusia dengan keselarasan fitrahnya.
kapan
kita bisa mengatakan kalau kita itu baik atau buruk dalam etika?
Menurut
hukum etika, suatu perbuatan itu dinilai dari 3 tingkat, yaitu : a. Tingkat
pertama: semasa belum lahir menjadi perbuatan, yakni berupa rencana dalam hati
atau niat.
b.
Tingkat kedua: perbuatan nyata atau pekerti
c.
Tingkat ketiga: akibat atau hasil dari perbuatannya itu = baik atau buruk[8].
Nah
berdasarkan dari hukum etika, kita sudah mempunyai alat yang bisa menjadi
parameter kita dalam menilai etika manusia, yaitu dari niatnya, kemudian
perbuatannya dan yang terakhir yaitu hasil dari perbuatannya. Dan ini di
khususkan untuk manusia.
Terkait
sifat alami manusia, terdapat perdebatan dari para filsuf terdahulu yang saling
berbeda pandangan, Yaitu antara hobbes dan rousseau. Thomas hobbes dari inggris
dia mengemukakan pendapat pesimisnya bahwa sifat alami manusia itu jahat,
sedangkan jean Jacques rousseau dari prancis yang menyatakan bahwa di dalam
hati, semua manusia itu baik. Selain itu hobbes mengatakan peradabanlah yang
menyelamatkan manusia dalam kehidupan sedangkan disisi lain rousseau mengatakan
bahwa yang merusak umat manusia justru adalah peradaban. Kurang lebih sepert
inilah yang menjadi perdebatan filsuf terdahulu tentang sifat alami manusia.
Lantas
pernyataan siapakah yang berlaku jika melihat realitas kehidupan sekarang,
sifat yang mana yang menjadi sifat alami manusia? Itu tergantung bagaimana kita
memandang manusia itu sendiri. Dalam artian saya baru tau ada istilah yang
namanya plasebo dan nosebo. Plasebo dan nosebo merupkan
istilah dalam kedokteran, yang jika saya sederhanakan, placebo merupakan
sugesti kita terhadap sesuatu yang sifatnya positif, sedangkan nosebo adalah
sebaliknya sugesti yang sifatnya negative.
Contoh
plasebo, jika dokter anda memberikan pil tanpa khasiat/efek samping, tapi kita
berkata pada pasien bahwa pil itu akan menyembuhkan penyakit anda, bisa saja si
pasien merasa enakan. Sedangkan nosebo, misal seorang pasien di berikan pil
yang juga tanpa khasiat oleh dokter, tapi si pasien berpikir bahwa obat itu bisa membuatnya sakit,
bisa saja pasien itu benar-benar sakit itu yang dinamakan efek nosebo. Berarti
ini tergantung cara kita memandang dan sugesti kita terhadap sesuatu. Begitupun
dengan manusia.
Barangkali
pandangan kita terhadap manusia itu sifat alaminya jahat/buruk dan begitu suram
hanya merupakakan efek nosebo, dalam artian begini, ketika kita memandang semua
orang itu tidak dapat dipercaya, egois dan tidak peduli. Maka begitulah juga
kita akan memperlakukan sesama manusia. Begitu banyak contoh keegoisan yang
kemudian menjadi nosebo bagi kita semua. Melihat orang memberi uang ke orang
buta dibilang pamer, melihat orang membantu dibilang modus. Dan itulah yang
sebut dengan orang sinis, yang selalu ngotot menyatakan sifat alami kita adalah
egois, dan sifat egois ini ada karena konstruk yang dihadirkan oleh media yang
kemudian menjadi racun yang menghancurkan sifat alami manusia yaitu baik.
Manusia
pada dasarnya bukanlah malaikat, manusia pada dasarnya baik, manusia adalah
mahluk yang kompleks yang memiliki dua sisi, baik dan buruk. Namun saya percaya
bahwa manusia sifat alaminya iyalah condong kepada segala sesuatu yang sifatnya
mengarah kepada kebaikan dan kebenaran. Dan yang jadi poin pentingnya untuk
para pembaca ialah sisi mana yang ingin kalian angkat dan terapkan dalam
kehidupan yang menjelaskan tentang bahwa saya adalah manusia dan sifat alami
manusia adalah……
Penulis
Muh.
Ikhsan Yusuf
[1]
Rutger bregman, Human kind (sejarah penuh harapan), jakarta, PT Gramedia
pustaka utama, 2020, hlm 52.
[2] Asal
usul manusia menurut teori Darwin, http://cucukurniaillahi.blogspot.co.id.2017
[3]
Manusia dalam perfektif agama islam, lampung, al-tadzkiyyah:jurnal pendidikan
islam, volume 7, hal 130, 2016.
[4]
Musa asy’arie manusia pembentuk kebudayaan dalam al-qur’an, Jakarta, lembaga
study filsafat islam, 1992, hlm 22.
[5]
Rutger bregman, Human kind (sejarah penuh harapan), Jakarta, PT Gramedia
pustaka, 2020, hlm 10
[6]
Toni pransiska, KONSEPSI FITRAH MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN IMPLIKASINYA
DALAM PENDIDIKAN ISLAM KONTEMPORER, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, VOL. 17, NO. 1,
1-17, 2016
[7]
Lorens bagus, kamus filsafat,(Jakarta: PT Gramedia pustaka, 2000), h.217
[8]
Asdi Mahasatya, Etika Individual. Burhanuddin salam. 2000. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar