Rabu, 12 Mei 2021

IS THAT HUMAN?

 

Is that Human?

Tulisan ini adalah salah satu bentuk upaya penulis dalam mengimplementasikan teori pengetahuan tentang “manusia” yang bersumber dari beberapa gagasan radikal, serta dalam tulisan ini, semua sedut pandang tentang hakikat manusia itu berlaku dan akan di benturkan dengan dua sisi, baik dari sisi positif maupun sisi negatifnya.

Tulisan ini tidak akan secara langsung memberikan penilaian terhadap beberapa argumen bahwa “inilah yang benar”!!!, melainkan disini kita akan sama-sama mengkaji gagasan-gagasan tersebut yang sifatnya masih dalam bentuk teori. Jadi penilaian benar salahnya suatu teori yang ada pada tulisan ini akan dikembalikan kepada sipembaca.

Apa itu manusia? Atau siapa itu manusia?

Terkadang ini menjadi pertanyaan yang paling sering diajukan oleh orang-orang diluar sana dalam hal menguji pengetahuan kita dalam mengenal diri (manusia), namun terkadang juga tak banyak orang yang mampu menjelaskan eksistensi dirinya dengan baik, atau bisa dibilang jawaban spontanitas yang muncul dan menjelaskan dirinya, atau bahkan mungkin malas untuk menjawab. maka dari itu saya mungkin akan membantu meskipun itu tidak banyak, tapi saya akan membantu dalam menjelaskan dan menunjukkan apa itu manusia dan siapakah dia dalam berbagai pandangan, sehingga memungkinkan akan banyak “definisi” tentang manusia yang hadir.

Kita berangkat dari buku RUTGER BREGMAN dengan bukunya yang berjudul “Human Kind, sejarah penuh harapan”, beliuau merupakan seorang penulis dan juga sejarawan kelahiran 26 april 1988 asal belanda, westersschouwen. Dalam bukunya tersebut kita yang sekarang ini adalah HOMO SAPIENS atau yang sering disebutnya dengan HOMO PUPPY. Lantas pertanyaan yang muncul siapa homo puppy ini?, mahluk yang selalu mengatakan dirinya begitu unik, berkdudukan istimewa, lebih baik, cerdas, dan unggul dibanding semua mahluk hidup lain atau bisa dibilang puncak penciptaan, itulah homo puppy. Muncul pertanyaan lain mengapa dia langsung mengklaim bahwa dialah yang menduduki posisi puncak tertinggi pada penciptaan mahluk hidup? Jawabannya sangat singkat, yaitu karena semuanya sudah bagian dari rencana ILAHI[1]. Dan jawaban inilah yang sudah dari dulu dipegang oleh manusia. Yang selanjutnya dikritik oleh rutger bahwa kenyataan pahitnya kita adalah mahluk yang menganggap dirinya begitu unik, juga produk dari proses membuta bernama evolusi yang kemudian dikenal sebagai primata, kita bahkan punya sepupu spesies-spesies hominin lain yang kemudian hilang secara misterius. Ujar rutger bregman.

Disisi lain, masih banyak juga yang masih berpegang terhadap teorinya Darwin. Siapa yang tidak kenal Charles Darwin? Begitupun dengan taori evolusinya?. Namun sedikit merefleksi kepada para pembaca, Darwin atau dengan nama lengkapnya Charles Robert Darwin (lahir di inggris 12 desember 1809) yang merupakan seorang naturalis inggris.

Pernyataan Darwin yang mendukung bahwa manusia dapat dijelaskan jika kita merujuk ke teori bagaimana manusia berevolusi dari sejenis mahluk yang mirip kera, selama proses evolusi yang di duga telah dimulai dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu, dijelaskan bahwa beberapa bentuk peralihan antara manusia modern dan nenek moyangnya yang ditetapkan menjadi empat kelompok dasar yaitu, AUSTRALOPHITHECINES, HOMO HIBILIS, HOMO ERECTUS, HOMO SAPIENS. Dari teori evolusi manusia, genus HOMO yaitu “manusia”, mahluk hidup dalam kelompok homo lebih berkembang dari pada australophithecus, manusia modern saat ini ialah homo sapiens, dikatakan telah terbentuk pada tahapan evolusi akhir dari genus homo[2]. Itulah manusia menurut Darwin.

Sedangkan manusia dalam perspektif agama islam, pada hakikatnya sebagai salah satu mahluk ciptaan allah SWT, bahwa allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian jadi nutfiah, alaqah, dan mudgah sehingga menjadi mahluk allah SWT yang paling sempurna dan dengan tugas-tugas yang di embannya[3]. Yaitu sebagai khalifah di bumi  atau bisa dikatakan untuk menguasai bumi. Proses penciptaan manusia sendiri dalam perspektif islam itu mempunyai penjelasan dari setiap tahapan-tahapannya sampai pada akhirnya benar-benar menjadi manusia yang lebih sempurna dibanding dengan mahluk lain. Dalam al-qur’an ada 3 kata yang sering digunakan untuk menunjukkan arti manusia, yaitu insan, basyar dan bani adam. Kata insan merupakan kata yang digunakan pada manusia yg tunggal, sedangkan jamaknya annas, insan ialah dia yang menggunakan akal budinya dalam kehidupan atau merujuk pada keadaan fitrah manusia yang lembut, harmoni, bijaksana, maka dari itu insan erat kaitannya dengan manusia[4]. kemuadian basyar, merujuk pada sisi biologis manusia yang memiliki nafsu. kemudian bani adam merujuk pada susunan nazabnya ke nabi adam a.s.

Beberapa gagasan diatas menjelaskan tentang definisi manusia dari berbagai sudut pandang, yaitu rutger berdasrkan sudut orang yang realistis, Darwin berdasarkan sudut pandang evolusinya (sains) dan terkahir dari sudut pandang agama islam secara universal. Jikalau saya menghubungkan makna yang ingin disampaikan oleh masing-masing teori diatas, bahwa manusia adalah bukan mereka yang mempunyai fisik saja, tetapi yang didalamnya terdapat sesuatu yang menggerakkannya (ruh) serta dianugrahi akal yang menjadikan manusia unik, istimewa yang tidak semua mahluk memilikinya dan akal lah sebagai pembeda manusia dengan mahluk lainnya. Itulah manusia, yahhh seperti itulah manusia, singkatnya.

Bagaimana sifat manusia? Apakah sifat manusia berasal dari jiwanya?

Selanjutnya diatas terdapat dua pertanyaan beruntun dan untuk menjawabnya saya akan memberikan lagi beberapa referensi yang mungkin akan berhubungan dengan pertanyaan tersebut.

“manusia itu akan menjadi lebih baik ketika anda menunjukkan kepadanya seperti apakah dia” (anton Chekhov), ungkap anton agar kita dapat mengerti sifat manusia. beberapa orang mungkin tidak langsung mengerti apa makna yang ingin disampaikan oleh si anton ini, maka dari itu saya di sini akan mencoba menyederhanakan bahasa dan mengungkap maknanya. Saya meng-analogikan bahwa si anton ini dia percaya bahwa manusia itu baik, agar manusia lain juga ikut menjadi baik, maka si anton ini harus menunjukkan sisi baiknya bahwa seperti inilah manusia itu, entah ditunjukkan berdasarkan perilaku ataupun sifat yang seharusnya hanya dimiliki oleh manusia. Dan memang pernyataan yang dibuat anton diatas ada benarnya bahwa untuk membuat manusia lebih baik, kita harus menunjukkan kepada-nya(manusia) seperti apa dirinya. Sehingga dikatakan sebagai manusia.

Dalam buku “human kind” karya Rutger Bregman terdapat sebuah kisah seorang kakek yang berkata kepada cucunya : ada pertarungan yang sedang berlangsung dalam diriku, pertarungan sengit antara dua serigala, satu jahat, tamak, iri, angkuh dan pengecut. Satunya lagi baik, damai, murah hati, dan jujur. Kedua serigala juga bertarung dalam dirimu dan dalam diri semua orang, cucunya seketika bertanya, serigala manakah yang akan menang?, serigala yang akan menang adalah serigala yang kau beri makan, ucap si kakek[5]. Makna yang ingin disampaikan dari cerita ini adalah di setiap diri manusia terdapat dua serigala yang sering bertarung dan yang bertarung itu adalah sifat-sifat yang dimiliki manusia, antara sifat baik dan sifat buruk dan yang akan mendominasi nantinya ialah yang sifat yang selalu kita berikan atau tunjukkan kepada semua mahluk.

Dalam kajian Ust. Dr. Fahruddin Faiz, yang judulnya unsur dasar menjadi manusia, beliau berkata sebenarnya terdapat empat unsur atau sifat sehingga kita bisa dikatakan sukses menjadi manusia. Yaitu punya rasa simpati, rasa malu, rendah hati, rasa bersalah. Manusia harus punya rasa simpati maksudnya itu kita mencoba merasakan apa yang orang lain rasakan, ketika ada bencana yang menimpa seseorang kita ikut merasakan kesedihannya dan sebisa mungkin ikut membantu, itu yang namanya simpati. Kemudian rasa malu, sebagai manusia kita harus punya yang namanya rasa malu, malu dalam berbuat jahat, malu berlaku tidak adil dan bijaksana kepada diri sendiri maupun orang lain. Selanjutnya rendah hati, rendah hati bukan berarti bersikap lemah, justru rendah hati harus dimiliki oleh manusia agar manusia dapat berpegang teguh pada keadilan. Yang terakhir yaitu rasa bersalah, jangan sampai sebagai manusia kita kehilangan yang anamanya rasa bersalah, karena manusia adalah tempatnya kesalahan dan khilaf maka dari itu, milikilah rasa bersalah dan mohon ampun atas kesalahan tersebut.

 

 

 

Apa fitrah atau sifat alami yang dimiliki manusia? Yang menandakan bahwa dirinya benar-benar manusia.

Secara etimologi, Fitrah berari al-khilqah (naluri, pembawaan) dan al-thabȋah (tabiat, watak, karakter) yang diciptakan Allah swt pada manusia. Fitrah juga terambil dari kata al-fathr yang berarti syaq (belahan). Dari makna ini lahir makna-makna lain, antara lain pencipta atau kejadian. Berbagi interpretasi tentang makna fitrah yaitu : Fitrah berarti Suci (thuhr), Fitrah berarti Islamm (dienul Islam), Fitrah berarti mengakui ke-Esa-an tuhan (at-tauhid),  Fitrah berarti murni (al-ikhlash), Fitrah berarti kondisi penciptaan manusia yang mempunyai kecenderungan untuk menerima kebenaran, Fitrah berarti ketetapan atau kejadian asal manusia mengenai kebahagiaan dan kesesatannya, Fitrah berarti tabiat alami yang dimiliki manusia (human nature).[6]

Secara terminologinya, Fitrah adalah kondisi yang membuat manusia berkeinginan suci daan secara kodrati cenderung kepada kebenaran (hanief), sedangkan pelengkapnya adalah dhamȋr (hati nurani) sebagai pancaran keinginan kepada kebaikan, kesucian, dan kebenaran. Disinilah tampak bahwa tujuan hidup manusia adakah dari, oleh dan untuk kebenaran yang mutlak yaitu kebenaran yang terakhir dan kebenaran Tuhan karena kenenaran Tuhan merupakan asal dan tujuan dari segala kenyataan. Namun tidak menutup kemungkinan manusia juga bisa berbalik arah dari pada fitrahnya, menuju keburukan atau kesesatan. Kurang lebih seperti inilah penjelasan terkait fitrah manusia.

 

Berbicara tentang sifat alami manusia, itu berarti kita sama-sama akan membahas tentang “etika” yaitu baik dan buruk.

Secara etimologi kata “etika” berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yaitu Ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos berarti susila, keadaban, kelakuan dan perbuatan yang baik[7], Sedangkan dalam bahasa Arab kata etika dikenal dengan istilah akhlak, artinya budi pekerti. Sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut tata susila. Secara terminologi etika bisa disebut sebagai teori tentang baik dan buruk atau kata lainnya ialah teori tentang nilai.

Dalam Islam teori nilai mengenal lima kategori baik-buruk, yaitu baik sekali, baik, netral, buruk dan buruk sekali. Nilai ditentukan oleh Tuhan. Dalam arti ini, etika sangat berhubungan dengan kebiasaan hidup manusia, yang ditunjukkan itu dari perilaku dan karakter yang baik dan dimiliki oleh manusia. Etika sama dengan ilmu normatif, karena didalamnya mengandung norma dan nilai-nilai yang akan digunakan dalam kehidupan. Sebagian orang menyebut etika dengan moral atau budi pekerti. ilmu etika adalah ilmu yang mencari keselarasan perbuatan-perbuatan manusia dengan keselarasan fitrahnya.

kapan kita bisa mengatakan kalau kita itu baik atau buruk dalam etika?

Menurut hukum etika, suatu perbuatan itu dinilai dari 3 tingkat, yaitu : a. Tingkat pertama: semasa belum lahir menjadi perbuatan, yakni berupa rencana dalam hati atau niat.

b. Tingkat kedua: perbuatan nyata atau pekerti

c. Tingkat ketiga: akibat atau hasil dari perbuatannya itu = baik atau buruk[8].

Nah berdasarkan dari hukum etika, kita sudah mempunyai alat yang bisa menjadi parameter kita dalam menilai etika manusia, yaitu dari niatnya, kemudian perbuatannya dan yang terakhir yaitu hasil dari perbuatannya. Dan ini di khususkan untuk manusia.

Terkait sifat alami manusia, terdapat perdebatan dari para filsuf terdahulu yang saling berbeda pandangan, Yaitu antara hobbes dan rousseau. Thomas hobbes dari inggris dia mengemukakan pendapat pesimisnya bahwa sifat alami manusia itu jahat, sedangkan jean Jacques rousseau dari prancis yang menyatakan bahwa di dalam hati, semua manusia itu baik. Selain itu hobbes mengatakan peradabanlah yang menyelamatkan manusia dalam kehidupan sedangkan disisi lain rousseau mengatakan bahwa yang merusak umat manusia justru adalah peradaban. Kurang lebih sepert inilah yang menjadi perdebatan filsuf terdahulu tentang sifat alami manusia.

Lantas pernyataan siapakah yang berlaku jika melihat realitas kehidupan sekarang, sifat yang mana yang menjadi sifat alami manusia? Itu tergantung bagaimana kita memandang manusia itu sendiri. Dalam artian saya baru tau ada istilah yang namanya plasebo dan nosebo. Plasebo dan nosebo merupkan istilah dalam kedokteran, yang jika saya sederhanakan, placebo merupakan sugesti kita terhadap sesuatu yang sifatnya positif, sedangkan nosebo adalah sebaliknya sugesti yang sifatnya negative.

Contoh plasebo, jika dokter anda memberikan pil tanpa khasiat/efek samping, tapi kita berkata pada pasien bahwa pil itu akan menyembuhkan penyakit anda, bisa saja si pasien merasa enakan. Sedangkan nosebo, misal seorang pasien di berikan pil yang juga tanpa khasiat oleh dokter, tapi si pasien  berpikir bahwa obat itu bisa membuatnya sakit, bisa saja pasien itu benar-benar sakit itu yang dinamakan efek nosebo. Berarti ini tergantung cara kita memandang dan sugesti kita terhadap sesuatu. Begitupun dengan manusia.

Barangkali pandangan kita terhadap manusia itu sifat alaminya jahat/buruk dan begitu suram hanya merupakakan efek nosebo, dalam artian begini, ketika kita memandang semua orang itu tidak dapat dipercaya, egois dan tidak peduli. Maka begitulah juga kita akan memperlakukan sesama manusia. Begitu banyak contoh keegoisan yang kemudian menjadi nosebo bagi kita semua. Melihat orang memberi uang ke orang buta dibilang pamer, melihat orang membantu dibilang modus. Dan itulah yang sebut dengan orang sinis, yang selalu ngotot menyatakan sifat alami kita adalah egois, dan sifat egois ini ada karena konstruk yang dihadirkan oleh media yang kemudian menjadi racun yang menghancurkan sifat alami manusia yaitu baik.

Manusia pada dasarnya bukanlah malaikat, manusia pada dasarnya baik, manusia adalah mahluk yang kompleks yang memiliki dua sisi, baik dan buruk. Namun saya percaya bahwa manusia sifat alaminya iyalah condong kepada segala sesuatu yang sifatnya mengarah kepada kebaikan dan kebenaran. Dan yang jadi poin pentingnya untuk para pembaca ialah sisi mana yang ingin kalian angkat dan terapkan dalam kehidupan yang menjelaskan tentang bahwa saya adalah manusia dan sifat alami manusia adalah……

 

 

Penulis

Muh. Ikhsan Yusuf

 

 

 

      



[1] Rutger bregman, Human kind (sejarah penuh harapan), jakarta, PT Gramedia pustaka utama, 2020, hlm 52.

[2] Asal usul manusia menurut teori Darwin, http://cucukurniaillahi.blogspot.co.id.2017

[3] Manusia dalam perfektif agama islam, lampung, al-tadzkiyyah:jurnal pendidikan islam, volume 7, hal 130, 2016.

[4] Musa asy’arie manusia pembentuk kebudayaan dalam al-qur’an, Jakarta, lembaga study filsafat islam, 1992, hlm 22.

[5] Rutger bregman, Human kind (sejarah penuh harapan), Jakarta, PT Gramedia pustaka, 2020, hlm 10

[6] Toni pransiska, KONSEPSI FITRAH MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM KONTEMPORER, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, VOL. 17, NO. 1, 1-17, 2016

[7] Lorens bagus, kamus filsafat,(Jakarta: PT Gramedia pustaka, 2000), h.217

[8] Asdi Mahasatya, Etika Individual. Burhanuddin salam. 2000. Jakarta

Continue Reading...