"Aku mengajar di tempat ini, tetapi sesungguhnya akulah yang banyak belajar di tempat ini." - Butet
Telah dilaksanakan bedah film pada hari Kamis, 21 Maret 2019 yang bertempat di Pelataran BEM KEMA Faperta Unhas. Dalam diskusi tersebut, depertontonkan film dengan judu “Sokola Rimba”. Dalam diskusi tersebut terdapat beberapa pandangan terhadap film tersebut, ada yang setuju dan ada yang tidak setuju.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa dengan adanya pendidikan, dan pada saat orang tidak tersentuh oleh pendidikan, maka orang tersebut akan dibodoh-bodohi dan akan tertinggal, bahkan akan memicu adanya penindasan. Ketidak tahuan adalah hal yang menjadi perubah dalam muka bumi ini, hanya pengetahuanlah manusia dapat mengetahui fenomiena dan tanda
Pendidikan menjadikan orang-orang berpengatuhuan tinggi dapat menggunakan teknologi sesuai dengan keinginannya bukan lagi memandang kebutuhan, yang dapat dilihat dari cuplikan dialog antara butet dengan muridnya “Bu Guru mengapa mesin gergaji itu memotong pohon kayu?" tanya salah seorang muridnya. "Mungkin orang itu butuh kayu?" jawab Butet. "Kita potong kayu dengan parang hanya ambil secukupnya. Kalau kita pintar kita bisa tolak mereka ambil kayu kita?. Ini merupakan suatu cuplikan dialog yang menjadi tamparan keras bagi orang-orang yang sangan suka melakukan penehekploitasian terhadap pohon-pohon yang ada.
Film ini dipaparkan dalam bentuk pendekatan lingkungan yang dapat dilihat pada alih fungsi lahan ynag telah dilakukan dalam film tersebut. Dimana kekayaan alam tidak seharusnya diekploitasi, melainkan harus selalu dijaga dan dilestarikan.
Dari diskuki yang telah di laksanakan, kesimpulan yang dapat di kaitkan dengan film ini yaitu Pendidkan pada saat ini blum adanya pemerataan, namun beruntunglah bagi kita karena dapat belajar. Menurut imam syafi’i “jika kau tidk dapat menahan lelahnya belajar maka kamu harus belajar maka kamu harus bertahan merasakan perihnya kebodohan".
Berikut beberapa dokumentasi kegiatan
